Mohon tunggu...
Yubal Yamasema
Yubal Yamasema Mohon Tunggu... Full Time Blogger - the song from quiet

I am Mr. Alone from loneliness language on the vacuum in other world...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ASRI, Arah Seni Rupa Indonesia

20 Agustus 2019   12:31 Diperbarui: 20 Agustus 2019   12:42 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trilogi pembangunan budaya "cipta,rasa, karsa" sebagai fungsi 'wear' (pakaian, pemakaian, pemerataan) jas merah-kemeja putih-dasi kupu-kupu emas mendesain budaya pada ATK (Agrikultur-Teknologi-Kemakmuran). Jas merah sebagai sejarah kebudayaan bangsa Indonesia adalah agrikultur, yang merupakan seni rupa murni informasi untuk seni rupa terapan konsepsi cipta. Kemeja putih sebagai peradaban kebudayaan Indonesia adalah menciptakan rasa teknologi untuk agrikultur yang disesuaikan dengan permintaan dan penawaran pasar. Dan dasi kupu-kupu emas sebagai metamorfosis kebudayaan Indonesia adalah kemakmuran-keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dari kombinasi teknologi dan agrikultur pada reformasi 'swasembada' yang pernah menjadi karsa prestasi Orde Baru.

Selanjutnya, kesinambungan labirin sebagai penyaluran 'elixir' meneruskan trilogi pembangunan budaya pada trilogi pembangunan sosial "sasmaka, sasmaya, sasmita" sebagai 'efficiency' (efisiensi) sejarah-peradaban-metamorfosis mendesain sosial pada BATIK (Bina Artistik Teritorial Implementasi Kooperatif). Seni rupa Batik berasal dari kata "amba" dan "titik" yang diartikan "penitikan yang meluas atau menyebar" dengan prosesinya sesuai namanya "mbatik" dari kata "ngemban titik" yang diartikan "mengamanahkan penitikan". Karena batik adalah seni rupa yang fleksibel sebagai amanah konstelasi Nusantara pada sejarah, peradaban, maupun metamorfosis sejarah dan perabadan itu sendiri di setiap abad.

Apalagi dari rekondisi pasca Orde Baru di akhir masanya yang berujung kekacauan, maka konseptual reformasi dalam pendidikan maupun permasyarakatan sebagai 'blue print (cetakan biru)'-nya adalah "sifat fraktal batik pada pelukisan yang chaos atau kacau" . Seni rupa ini mengindahkan wajah kosmos kehidupan kacau-balau melalui contoh fraktal sederhana seperti "Segitiga Sierpinski" yang berbunyi; "untuk setiap segitiga yang ada, hubungkan titik tengah dari setiap sisi-sisi segitiganya dan dari empat segitiga kecil yang dihasilkan, hapus segitiga yang ada ditengahnya. Dengan memulai aturan tersebut pada satu buah segitiga besar dan melakukan beberapa perulangan (iterasi), maka kita akan menjadi seniman yang mendapatkan "Bhinneka Tunggal Ika" secara sosial-budaya, ekonomi maupun politik melalui motif nasionalis, ornamen komunis, ragam hias saintis,corak etnis, pola imaterialistis, dan desain BATIK berdasarkan Pancasila menitiskan desain itu dalam mencerminkan sifat kesamaan suku-bangsa dan negara pada diri sendirinya dengan sempurna.

labirin-lapis-legit-2-5d5b7e50097f36183f55ce62.png
labirin-lapis-legit-2-5d5b7e50097f36183f55ce62.png
dokpri
dokpri
Maka, konstelasi desain sosial sebagai 'surat tembusan' pada desain politik dan ekonomi adalah bagaimana sebuah rumus matematika yang sederhana mampu menjadi gambaran sesuatu yang rumit dan memiliki keindahan struktural yang organik tanpa marginalisasi keborjuisan ataupun keproletaran dan hidup sebagai geometri yang setara, yaitu komunisme yang kooperatif. Karena fraktal ada di mana-mana, fraktal tidak hanya eksis di alam, melainkan juga di sistem sosial serta karya seni mahkluk hidup. Eksistensi fraktal juga dijumpai dalam data deret waktu keuangan. Penyeluruhan ini memberi ruang kontemplasi bahwa Sang Pencipta memang memberi harapan sekaligus batasan, bahwa perjalanan kehidupan  memang akan selalu berhingga di tepi batasan itu. Seni rupa Batik dengan penerapan alamiah maupun ilmiah ternyata sangat dekat. Karena Batik adalah 'jas merah' seni rupa sebagai sejarah pengetahuan Nusantara berkembang dan berevolusi. Batik juga menjadi 'kemeja putih' peradaban Timur (Nusantara) sebagai visi yang bertahan menjadi tradisi dari kosmos yang lahir dalam khaos (kekacauan).

Sebagaimana Reformasi yang lahir dalam khaos, maka desain Batik adalah 'metamorfosis' para seniman Reformasi mengimplementasikan daya kreatifitas dan imajinatif melalui sifat fraktal pada Batik secara input maupun output pada konservasi upaya inisiatif  menciptakan perspektif. Kemudian persektif baru yang lahir dari dasi kupu-kupu emas menjadi kemajuan yang memberi peluang dalam upaya menggali kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang terpendam dalam peradaban Timur, termasuk tanah pertiwi Indonesia untuk kesan kedangkalan dan keterbelakangan di peradaban Timur perlahan-lahan terkikis dan menangkis imperialisme. Metode Batik adalah seni rupa murni yang informatif untuk seni rupa terapan konseptual keberlangsungan bangsa dan negara melalui konsep AMOEBA (Aspirasi Modular Ekosistem Batik). Jadilah Indonesia sesuai semboyannya, yaitu Guntai "Bhinneka Tunggal Ika" menuju trilogi pembangunan politik yang "satata,satiti, satentrem".

Trilogi pembangunan politik sebagai fungsi untuk desain politik ATLANTIS (Asimilasi Tata Lahan Agrikultur Nasional Teritorial Implementasi Sekuler) pada kontrol mekanisme 'reliability' (hal yang dapat dipercaya) peranan politik dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) kelima sila Pancasila. Perkembangan keberagaman budaya dan sosial Nusantara yang silih-berganti terjadi karena asimilasi. Namun dalam perjalanannya, asimilasi kerap menimbulkan pro dan kontra sebagai sebab-akibat benturan seni rupa murni informasi moderat dan seni rupa konsepsi aristokrat. Tata lahan pengarapan selama ini hanya menitik-beratkan pada kapitalisme yang brutal dari birokrasi dan aristokrasi yang tidak demokrasi. Sekularitas harus diwaraskan dari aliran keras yang menguras gaya pegas partisipasi rakyat.

Sehingga, trilogi pembangunan ekonomi yang berupa "rega,rempaka, rupa" sebagai fungsi untuk desain ekonomi KOPERASI (Kombong Produksi Ekonomi Rakyat Agrikultur Sosial Industri) dapat menjadi 'durability' (daya tahan). Desain ini merujuk pada seni rupa diskriminasi yang ditimbulkan dari prosesi kapitalisme yang cenderung monopoli dan hedoni. Koperasi adalah entitas yang tenggelam peranannya sebagai GEBER (Gerakan Benteng Rayat) dalam persaingan global menjadi guntai dalam perekonomian nasional maupun internasional. Secara sosial, koperasi adalah keorganisasian seluruh elemen masyarakat. Secara budaya, koperasi adalah sarana dan prasarana untuk peradaban seluruh lapisan masyarakat. Secara politik, koperasi adalah partai demokrasi kepemimpinan tentang empati. Tentang kemampuan berhubungan dan berelasi dengan orang lain untuk memberi inspirasi dan menerima aspirasi serta memberdayakan hidup mereka. Sedangkan secara ekonomi, koperasi adalah perusahaan kooperatif yang sesuai dengan cita-cita kemandirian otonomi daerah sebagai kotak P3K (Produksi, Perbankan, dan Perdagangan Kooperatif). Sebab, zaman pekerja cerdas dan perusahaan efisiensi kapitalisme dengan teknologi tinggi telah menghasilkan manusia dingin dan rasional dengan kemampuan untuk mengambil jarak, menganalisa situasi dan kondisi, serta mengambil keputusan tanpa hambatan emosi.

Seni rupa Reformasi juga bukan hanya argumen, tetapi juga cerita. Ketika kehidupan dibanjiri oleh informasi dan data, maka tidaklah cukup sekedar menata argumen yang efektif. Secara kompetitif, pihak di suatu tempat akan selalu menelusuri lawan argumennya. Menghantarkan kehidupan pada hakekat persuasif melobi seperti membujuk atau merayu, berkomunikasi dan memahami diri sendiri dengan lawan bicara telah menjadi suatu kemampuan untuk menampilkan cerita yang menyentuh.

Selama ini, seni rupa Nusantara kehilangan ceritanya karena tersesat oleh hedonisme REKAYASA (Republik Kapitalis Yang Satir). Sehingga, seni rupa kebangsaan dan kenegaraan selama ini hanya argumentasi yang terus bermunculan akibat pengaruh penyakit lama 'devide at empera' yang merupakan saracenisme yang berkembang selama peralihan seni rupa Nusantara oleh pengaruh REKAYASA Barat. Lalu, akan di bawa ke mana Nusantara dalam Reformasi yang masih dipengaruhi seni rupa Barat seperti tali lasso sang Koboi yang berasumsi tentang menjerat sapi-sapi perahnya. Seni rupa Demokrasi Liberal secara parlementer tersendat karena argumentasi oleh dominannya politik aliran. Seni rupa Demokrasi Terpimpin secara permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan juga tersendat karena argumentasi yang berlanjut dari politik aliran melahirkan kepemimpinan absolut dari mosi tidak percaya eksekutif terhadap legislatif dan saling mengingkari nilai-nilai demokrasi serta hilangnya kontrol sosial yang memicu argumen misteri Gerakan 30 September (G 30 S). Seni rupa Demokrasi Pancasila secara otoriter lebih melanjutkan keabsolutan Demokrasi Terpimpin yang justru memberi kesempatan luas pada politik aliran yang selama ini berusaha dibendung oleh seni rupa Demokrasi Liberal maupun seni rupa Demokrasi Terpimpin. Alhasil, Seni rupa Demokrasi Pancasila kembali menjadi argumentasi yang melahirkan kisah klasik jaman kolonial dengan mengguritanya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).Seni rupa kolonial bereduksi ABS (Asal Bapak Senang).

Seni rupa Reformasi hingga kini telah mencapai empat regenerasi masih menjadi seni rupa yang argumentatif. Pengembalian demokrasi dan kebebasan pers justru malah kebablasan untuk apresiasi saracenisme dalam perkembangan teknologi informatika dan komunikasi. Potensi demokrasi belum juga menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu memajukan kesejahteraan umum bangsa Indonesia. Argumentasi klasik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) makin mengubah arah seni rupa demokrasi pada democrazy kekuatan kelompok dari dasar hukumnya sampai prosesi peradilan yang semakin mempersulit pembersihan Indonesia menuju repubik yang demokratis dari 'vampire-vampire' yang merampok kekayaan negara. Singkatnya, Indonesia bukan lagi negara yang bebas aktif, melainkan negara pegas pasif yang dicondongkan oleh seni rupa REKAYASA (Republik Kapitalis Yang Satir). Hal ini justru semakin menjadikan Reformasi itu VIRAL (Virus Rakyat Legitimir). Selain itu, pembangunan dan modernisasi tidak sejalan dengan keselarasan entitas alam semesta yang turut menyumbangkan pemanasan global yang terutama pada kota-kota besar seperti; efek gas rumah kaca, emisi gas buang kendaraan dan fabrikasi, hingga pembalakan hutan. Industri harus direformasi untuk menjadi cerita yang selaras dan waras dengan alam.

Reformasi seni rupa kemasyarakatan plural seperti melalui program blusukan saat ini seharus merupakan 'wear' kelima sila Pancasila itu sendiri untuk mengubah seni rupa REKAYASA (Republik Kapitalis Yang Satir) menjadi desain seni rupa budaya pada cerita KUMULUS (Konversi Udara, Matahari, dan Uap Lintas Uraian Sistem). Jangan lupakan 'jas merah', Nusantara sejak jaman dahulu kala adalah investasi keberlangsungan hidup pada agraria dan kemaritiman. Maka, reformasi yang ditempa adalah cerita KUMULUS menjadi sinkronisasi sumber daya energi terbaharukan hayati yang berkelanjutan. Cerita KUMULUS adalah seni rupa murni informasi sumber daya energi untuk seni rupa terapan konsepsi pengolahan sumber daya energi selaras dengan alam, pengelolaan yang bereproduksi seperti siklus awan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun