Mohon tunggu...
Yubal Yamasema
Yubal Yamasema Mohon Tunggu... Full Time Blogger - the song from quiet

I am Mr. Alone from loneliness language on the vacuum in other world...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ASRI, Arah Seni Rupa Indonesia

20 Agustus 2019   12:31 Diperbarui: 20 Agustus 2019   12:42 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehingga perputaran labirin lapis legit melalui trilogi pembangunan ekonomi sebagai fungsi membentuk seni rupa murni informasi simponi ekonomi berupa DURASI (Demokrasi Usaha Reformasi Akuntabel Sosial Industri). Masyarakat yang teratur jiwa dan raganya akan menghasilkan temperatur perekonomian yang bersenyawa pula keteraturannya dalam menghadapi ajang MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau MEA (Masyarakat Ekonomi Asia). Tahapan yang mengacu evolusi DURASI berupa simponi ekonomi pada seni rupa terapan konsepsi; DETIK (Demokrasi Ekonomi Teritorial Implementasi Kooperatif), MENIT (Modulasi Ekonomi Nasional Implikasi Teritorial), dan JAM (Jagad Artistik Modular).

DETIK dan MENIT merupakan metode pendekatan simponi ekonomi untuk akreditasi multifungsi SDM (Sumber Daya Manusia) yang akuntabel dengan SDA (Sumber Daya Alam) tumpang sari dalam mengakumulasi arus balik permintaan dan penawaran pasar. Sehingga dibutuhkan seni yang anggun dan rupawan dalam sinkronisasi siklus ekonomi yang menjadikan metode pemufakatan simponi ekonomi adalah JAM (Jagad Artistik Modular). JAM (Jagad Artistik Modular) berupa kesinambungan siklus "Labirin Lapis Legit" pada simponi budaya FRANSISKUS, simponi sosial ORNAMEN, simponi politik GAMELAN, dan simponi ekonomi DURASI itu sendiri sebagai "Guntai Lidah Api Bhinneka Tunggal Ika".

Labirin Lapis Legit 4 | dokpri
Labirin Lapis Legit 4 | dokpri
Selanjutnya seni rupa Reformasi bukan hanya logis, tetapi juga empati. Kemampuan berpikir logis merupakan salah satu yang menjadikan seseorang itu manusia. Akan tetapi dalam dunia dengan informasi yang mudah didapat beserta alat analisa majunya, logika saja akhirnya tidaklah cukup. Karena apa yang membedakan orang yang sungguh hidup adalah kemampuan mereka memahami apa yang membuat sesama mereka bahagia, kemampuan untuk menjalin relasi, dan menaruh kepedulian terhadap sesama. Komunisme di era Revolusi Industri pun memiliki jawaban itu. Pers kelas pekerja kaum Proletarian saat itu sangat lemah. Hanya dengan jalan memutar melalui pers umum yang berada dalam kekuatan dan kekuasaan tangan kaum Borjuis pada kemungkinan membangkitkan minat ataupun perhatian untuk karya "A Contribution to the Critique of Political Economy"(Sebuah Contribusi Untuk Kritik dari Perpolitikan Ekonomi). Seni rupa ini bersama penulisan-penulisan lainnya yang menyusul untuk kemudian tersatukan di jilid "Das Kapital"(Permodalan) mampu menyumbangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan yang mengandung empati pada rakyat.

Dalam perjalanannya, peranan sang Kontributor dalam meracik 'tata bahasa cerita' dengan melalui sejumlah tinjauan mengenakan suatu bahasa yang sungguh-sungguh Aesopian yang sama licinnya seperti yang mesti dipakai kaum Revolusioner Rusia maupun kaum Revolusioner Indonesia dalam menulis publikasi-publikasi yang dikenakan penyensoran Tsarisme maupun Rezimisme. Pusat gravitasnya, di dalam sinopsis maupun di dalam tinjauan-tinjauan terletak dalam teori mengenai 'nilai lebih' sebagai seni rupa fondasi doktrin ekonominya. Sang Kontributor secara khusus meringkas teori tersebut secara khusus dan rinci dengan mengkarakterisasi situasi-situasi jas merah di mana hubungan-hubungan eksploitasi kapitalis semakin menyebar-luas dalam kolonialisme dan imperialisme di berbagai belahan dunia oleh jelmaan perbudakan kaum borjuis-feodalis. Kelas pekerja di seluruh dunia pun akhirnya melakukan langkah-langkah pertama dalam perjuangan dan pertempuran-pertempuran pertama terjadi antara kerja dan modal secara revolusioner.

Seni rupa penulisan "Das Kapital" menunjukkan bagaimana dan mengapa di dalam proses perkembangan jas merah pada modal yang lahir berdasarkan produksi barang dagangan. Menundukkan pada dirinya sendiri keseluruhan produksi dengan kerja-sama sederhana yang digantikan oleh manufaktur dan pada gilirannya digantikan oleh produksi dengan mesin. Kemudian bagaimana dan mengapa peruncingan kontradiksi-kontradiksi kelas yang imanen dalam kapitalisme dan penggunaan dewa mesin secara kapitalis membawa pada mematangnya unsur-unsur penumbangan masyarakat lama dan pendirian suatu masyarakat baru, yaitu membawa pada revolusi sosialis kaum proletariat yang kemudian dikenal sebagai "Komunisme". Revolusi empati yang mereformasi pertumbuhan gerakan pesat kelas pekerja.

Di Indonesia, metode empati komunisme turut mempengaruhi babak baru Nusantara menuju pergerakan nasional melalui desakan etika politik balas budi dan sistem ekonomi pintu terbuka. Berdirinya Bank Rakyat Indonesia (BRI) atas empati sang Kontributor mendapati keprihatian rakyat yang menjadi korban atas seni rupa kapitalisme Barat pada desain 'Lintah Darat' mereka. Lahirnya semangat keorganisasian menciptakan seni rupa pergerakan nasional hingga sumpah pemuda. Di saat-saat genting oleh Agresi Militer Belanda, seni rupa empati itu tetap bergulir melalui penulisan "GERPOLEK (Gerilya-Politik-Ekonomi)", "Dari Penjara ke Penjara", "MADILOG (Materialisme, Dialektika, dan Logika)", hingga "Muslihat, Politik, dan Rencana Ekonomi Berjuang". Sang Kontributor merasa bahwa kemerdekaan yang diciptakan tidak sepenuhnya dirancang untuk kemaslahatan bersama. Kemerdekaan hanya kembali pada masa kolonialisme yang diatur oleh segelentir manusia dalam kekuatan dan kekuasaan pengaruhnya dan tidak menciptakan revolusi besar. Hal itu terus-menerus menunjukkan bukti, bahwa selama masa Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi saat ini, hasil dari kemerdekaan hanya milik rezim politik aliran dengan semakin familiarnya KKN.


Karunia terbesar untuk manusia adalah kita memiliki kekuatan dan kekuasaan terhadap empati. Empati merupakan kemampuan membayangkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan melihat dengan mata mereka dan merasakan dengan hati mereka. kemampuan ini sesuatu yang bisa dilakukan secara spontan dan respek, suatu sikap insting bukannya kesengajaan. Empati adalah merasa sama dengan orang lain, merasakan bagaimana kalau diri sendiri menjadi orang lain. Empati adalah tindakan seni rupa imajinatif yang menakjubkan, wujud tertinggi kebaikan dalam mendaki pikiran orang lain untuk mengalami dunia dari perspektif orang lain. Reformasi untuk empati Indonesia dimulai dari pembudayaan SOLANUS (Sosial Labirin Nusantara). Mengembalikan kejayaan tatanan Nusantara sebagai "Replika Dunia".

Empati budaya SOLANUS (Sosial Labirin Nusantara) bertujuan meyakinkan kembali bangsa Indonesia, bahwa hakikat Nusantara adalah sebagai pusat atau poros dunia untuk kehidupan yang berempati. Atlantis pada masa kejayaannya adalah komunitas kehidupan yang dijaga oleh empati hingga menjadi simpati di akhir masa ketidakberdayaan pada banjir besar dunia. Masyarakat yang hidup secara komunisme pada masa itu tergoyahkan oleh kebangkitan sifat kapitalisme para penahkluk berupa agresi militansi. Sehingga jas merah sejarah yang ditulis oleh para pemenang (bangsa penahkluk) adalah pergantian kemeja putih peradaban. Yaitu perubahan atau pergeseran dari budaya cooperative (kooperatif) komunisme kesukuan menjadi metamorfosis dasi kupu-kupu budaya companion (rekanan, kubu) feodalisme kekubuan yang merujuk pada hukum alam predator "Yang kuat dan menanglah berkuasa". Kemudian, lahir dan berkembanglah jaman dalam membentuk lorong-lorong kehidupan kekubuan yang membelah manusia tumbuh menjadi kaum borjuis dan kaum proletar.

Peradaban adalah pergerakan budaya untuk bermetamorfosis pada kehidupan sosial melalui SOLANUS (Sosial Labirin Nusantara) secara komunisme. Mengembalikan lingkungan kerja yang berempati. Di lingkungan kerja SOLANUS meniadakan hierarki posisi dan kedudukan, semua adalah sama untuk kepentingan bersama. Masyarakat terbiasa pada integritas menghormati dan memotivasi eksistensi orang lain. Seluruh kehidupan SOLANUS merupakan himpunan keharmonisan yang tidak terikat secara menyeluruh (universal) manusiawi bagi tumbuh-tumbuhan mineral, hewan, maupun sayur-mayur. Setiap makhluk hidup ataupun secara spesifik pada manusia merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian apapun adalah suatu kebutuhan untuk keutuhan keberlangsungan hidup. di SOLANUS tidak ada sistem keuangan yang maha esa, hanya aktifitas perdagangan plural yang kooperatif untuk menjarangkan umbaran keserakahan dan kebencian dengan yang ada hanya kebulatan tekad Pancasila trilogi pembangunan budaya "cipta,rasa, karsa".

Kemudian daripada itu, empati sosial dalam trilogi pembangunan sebagai fungsi adalah melalui metode pendekatan HIAS (Himpunan Inspirasi dan Aspirasi Sosial) untuk metode pemufakatan RAGAM (Reformasi Akuntabel Geometris Agrikultur Modular). Empati sosial HIAS merupakan pesta demokrasi dalam menghimpun pemikiran maju yang positif dan frekuensi getaran gelombang simponi budaya FRANSISKUS (Frekuensi Agrikultur Nasional Sistematika Kooperatif Usaha Sekuler) yang menjadi kunci utama dalam bekerja dan belajar meningkatkan atau mendorong wawasan sanubari untuk terbuka lebar dan luas. Sehingga, tiap orang punya kesempatan yang sama dalam mengembangkan potensinya.

Semakin tinggi tingkat frekuensi getaran simponi budaya FRANSISKUS, maka getaran jiwa semakin tinggi. Semakin positif kesadaran inheren HIAS, maka semakin mencerminkan kesadaran eksentrik maupun kesadaran terpendam masyarakat untuk pemufakatan RAGAM. Ketika keduanya serasi, maka akan menjadi keselarasan "sasmaka, sasmaya, sasmita" masyarakat yang membuka wawasan dunia yang positif pada hakikat baru 'masyarakat tanpa ciri'. Namun jika keduanya tidak serasi, masyarakat akan kembali menjadi hakikat lama masyarakat 'kramadangsa' yang hanyut pada banjir besar kekuatan dan kekuasaan serakah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun