Mohon tunggu...
Yubal Yamasema
Yubal Yamasema Mohon Tunggu... Full Time Blogger - the song from quiet

I am Mr. Alone from loneliness language on the vacuum in other world...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ASRI, Arah Seni Rupa Indonesia

20 Agustus 2019   12:31 Diperbarui: 20 Agustus 2019   12:42 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kemunculan kembali komunisme secara modern, beberapa kekuatan menyatu menciptakan kondisi yang menuntut kesadaran akan makna revolusi pada skala yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya yang lebih luas dari revolusi Amerika Serikat maupun Prancis. Pertama, ketika masalah kemiskinan dan berbagai masalah sosial masih ada, kebanyakan orang di dunia maju telah terbebaskan dari penderitaan mendasar. Terbebaskan dari perjuangan untuk mempertahankan hidup, orang dari dunia maju mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mencari makna dalam hidup. Kedua, ketika kekuatan dan kekuasaan asumsi pergaulan yang merujuk pada hedonisme juga mempengaruhi. Bandingkan dengan generasi manusia purba ataupun generasi tua pada usia yang sudah uzur dan masa lampaunya lebih panjang dari masa depan memicu pencarian jiwa dan meninjau kembali prioritas. Ketiga, ancaman terorisme mengingatkan orang pada kehidupan yang cepat berlalu dan menimbulkan pertanyaan besar tentang makna hidup.

Sementara itu, teknologi semakin berkembang membanjiri manusia jaman modern dengan data dan mencekoki pikiran, perkataan dan perbuatan dengan banyak pilihan. Semua kekuatan dan kekuasaan ini menyatu menjadi gelombang sempurna yang membuat pencarian makna semakin mungkin dan kehendak untuk menemukan makna dari desain, cerita, simponi, empati maupun bermain. Jika Orde Baru mencari makna melalui desain Militan, cerita Miris, simponi Tirani-Kapitalis, empati ABS (Asal Bapak Senang), hingga bermain Agamis, akankah Reformasi hanya jadi seni rupa 'ganti kapal' rezim Orde Baru buat mencari makna?

Akan tetapi, kita tidak akan menemukan makna hidup yang tersembunyi di balik manuskrip yang ditulis oleh orang lain. Kita hanya akan menemukannya dengan memaknai hidup dari dalam diri sendiri. Kita hidup untuk mencari makna, bukan semata-mata kenikmatan belaka. Terkecuali kenikmatan itu sendiri yang terdapat di dalam makna. Dan makna secara keseluruhan dari perjalanan "Labirin Lapis Legit" adalah MOATS (Makna Orientasi Artistik Teritorial Sekuler) pada Garuda Pancasila dengan sila pertama sebagai pusat 'lima pancer'.

MOATS adalah kumpulan makna yang dikelilingi oleh hasil dari trilogi pembangunan ASRI (Arah Seni Rupa Indonesia) pada empat pilar utama yang mewakili 'keblat papat' sila kedua hingga sila kelima Pancasila. Desain ATK(Agrilkultur-Teknologi-Kemakmuran) hingga main PRIAMBODO (Peran Reformasi Inisiatif Akuntabel Masyarakat Botani Domestik) akan menyejukkan budaya pada makna SIRUS (Sistem Industri Reformasi Usaha Sekuler). Budaya untuk mendapatkan kembali hakiki bumi Nusantara sebagai 'tanah surga' yang "gemah ripah loh jinawi" pada neraca pengembalian revolusi pengolahan yang sesuai dengan sila kedua Pancasila yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab".

Berlanjut pada putaran kedua, desain BATIK (Bina Artistik Teritorial Implikasi Kooperatif) hingga main CORAK (Cagar Obyektif Rakyat Akuntabel dan Kooperatif) akan mengetukkan sosial pada makna POLA (Perindustrian Obyektif Lahan Agrikultur). Sosial untuk 'so' (jadi) itu tidak 'sial'(apes,malang) merapatkan kembali semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" bangsa dan negara Indonesia sebagai "Guntai Garuda Pancasila". Merupakan neraca pengembalian revolusi penelaahan yang sesuai dengan sila ketiga Pancasila berbunyi: "Persatuan Indonesia".

Putaran ketiga makna "Labirin Lapis Legit" dari desain ATLANTIS (Asimilasi Tata Lahan Agrikultur Nasional Teritorial Implementasi Sekuler) hingga main KERIS (Kooperatif Ekosistem Reformasi Industri Sekuler) akan menunjukkan politik pada makna BESKAP (Budaya Ekonomi Sosial Kooperatif dan Akuntabel Partisipasional). Politik untuk mengawasi bukan untuk mengintimidasi, memampatkan kembali peranan "Ratu Adil" membidik fokus visi-misi keselarasan agraria dan kemaritiman Nusantara pada neraca pengembalian revolusi pengamanahan yang sesuai dengan sila keempat Pancasila yang berbunyi: "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan".


Dan putaran terakhir yang menjadi putaran keempat "Labirin Lapis Legit", desain KOPERASI (Kombong Produksi Ekonomi Rakyat Agrikultur Sosial Industri) hingga main RASI (Rentabilitas Aktiva Sekuler Inisiatif) akan merujukkan ekonomi pada makna RUPIAH (Reksadana Produktif Industri Agrikultur Harmonis). RUPIAH ini menjadikan semacam transfusi dana pada anemia produktifas utama komoditi agrikultur seperti perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan. RUPIAH juga memperbaharui sistem perdagangan berjangka "ijon" dalam hak membeli masa depan hasil pada dampak sirkulasi proses gagal panen atau berhenti di tengah jalan. Daripada petani, peternak, ataupun nelayan malah terbelit oleh perkreditan modal, alangkah baiknya mereka dapat menerbitkan reksadana atau saham untuk hasil produksi mereka yang juga dapat memacu atau memotivasi produktifitas mereka. Selain meningkatkan GDP (Gross Domestic Product), juga menjadi nilai tambah statistik karena terdomentasi dalam konversi portofolio untuk proyeksi prospektus para investor.

Dalam hal ini, peranan dimaksimalkan oleh KOPERASI pada kotak P3K (Produksi, Perbankan, dan Perdagangan Kooperatif). Petani, peternak, dan nelayan yang menjadi anggota koperasi juga sekaligus mendaftar usaha mereka dalam kemungkinan simpan-pinjam modal melalui program IPO (Initial Public Offering) reksadana dan saham gorengan. Pengurus koperasi yang dilantik secara periodik akan menjadi bagian dari sekuritas RGK (Reksadana Gorengan Koperasi) dan SGK (Saham Gorengan Koperasi) yang terhubung dengan sistem pengelolaan modal pusat seperti BAPENAS, BAPPEPAM, dan Bursa Efek.

Pemerataan dan keabsahan makna ekonomi untuk menempatkan kembali rekanan 'swadaya-swasembada' merebus dan menebus neraca pengembalian revolusi penyejahteraan yang sesuai sila kelima Pancasila yang berbunyi: "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

dokpri
dokpri
Fokus "Labirin Lapis Legit" dalam ASRI (Arah Seni Rupa Indonesia) yang sampai pada MOATS (Makna Orientasi Artistik Teritorial Sekuler) menjadi MTC (Masyarakat Tanpa Ciri) akan mengubah dan membalikan arah pandangan sebelumnya. Arah pandangan lama'kramadangsa' yang terkesan luas, namun justru menyempit di akhir pada ego dan ambisi. Sedangkan arah pandangan yang semakin masuk ke dalam MTC (Masyarakat Tanpa Ciri) justru sebaliknya, akan meluas di akhir walau di awal terkesan sempit. Inilah konstelasi "Labirin Lapis Legit" yang berevolusi menjadi LOOK (Labirin Orientasi OEKU dan MENE). Di dalam LOOK ini adalah hakiki MTC (Masyarakat Tanpa Ciri) untuk menjadi MBM (Masyarakat Baru Modular) seperti guntai. Guntai yang membentuk Garuda Pancasila.

MBM ini terbagi lagi menjadi dua metode orientasi, yaitu OEKU dan MENE.  OEKU merupakan metode feminin "Orientasi Ekosistem Kooperatif Ugahari"  dari metamorfosis masyarakat keras, kaku, agresif dan arogan. Sedangkan MENE merupakan metode maskulin "Masyarakat Ekonomi Nasional Ekspresif" dari metamorfis masyarakat termarginalisasi, terdiskriminasi, terisolasi, maupun terintimidasi. ASRI (Arah Seni Rupa Indonesia) menjadikan seni rupa itu pembangunan jati personal, seni rupa itu pembangunan hati komunal, maka seni rupa itu pembangunan inti nasional, sehingga seni rupa itu pembangunan titi internasional. Metamorfosis ASRI jadi "Akuntabel, Sosialis, Republiken, dan Inisiatif".

Yamasema (Purwokerto, 29 Mei 2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun