Mohon tunggu...
Yubal Yamasema
Yubal Yamasema Mohon Tunggu... Full Time Blogger - the song from quiet

I am Mr. Alone from loneliness language on the vacuum in other world...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ASRI, Arah Seni Rupa Indonesia

20 Agustus 2019   12:31 Diperbarui: 20 Agustus 2019   12:42 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehingga seni rupa itu juga ada untuk meneliti dan meniti situasi dan kondisi, sebagaimana penciptaan alam semesta dalam pasca penciptaan itu akan diteliti bahwa semua itu baik adanya. Editor bukanlah Predator, Editor adalah hakikat seni rupa demokrasi yang sejalan dari rakyat, oleh rakyat dan kembali untuk rakyat. Sehingga seni rupa itu juga ada untuk ketentraman dari berbagai sudut pandang sebagai Korektor. Dan seni rupa Korektor bukanlah Eksekutor, Korektor adalah hakikat seni rupa ajudikasi "GURU" alias "digugu lan ditiru" (dipatuhi dan patut dicontoh) menuju konstitusional UUD 1945 mengarahkan pancaran ASRI (Arah Seni Rupa Indonesia) yang mengisi sila ketiga dan keempat Garuda Pancasila.

Pemberdayaan dari hasil "satata, satiti,satentrem" akan memberi atmosfer tropikal yang sesungguhnya bangsa Indonesia menuju seni rupa pembudayaan yang hangat dan sejuk. Karena frasa di bidang budaya akan berbunyi "di dalam tubuh yang sehat, terdapat pula jiwa yang sehat". Dengan reformasi di bidang budaya akan mengandung "trias culturamente" (tiga kebudayaan dengan adat-istiadat) berupa "cipta, rasa, karsa" (hasil, sensasi,tujuan) untuk melahirkan pancaran ASRI (Arah Seni Rupa Indonesia) pada sila kelima Pancasila.

Konsep tinggi yang menyentuh hati demi evolusi yang bertahap dan berkelanjutan untuk tidak sekedar melahap dan terlahap globalisasi. Reformasi itu harus disesuaikan dengan kebudayaan asli Nusantara, yaitu Agrikultur. Pola transisinya akan menjadi kombinasi cipta-rasa-karsa berupa ATK (Agrikultur-Teknologi-Kemakmuran) yang berorientasi pada evolusi perkembangan jaman yang fleksibel, akuntabel dan kredibel. Di mana ketika individu semakin kaya akan informasi, teknologi semakin canggih, dan ketika dunia semakin terkait hingga pahit sekalipun, ketiga kekuatan itu akan mengumpulkan cukup momentum seiring waktu berjalan yang memindahkan masyarakat dari kebudayaan agrikultur yang berasimilasi dengan kebudayaan industri modern untuk mendongkrak masyarakat adn generasinya pada setiap era atau jaman baru menjadi semacam otomatisasi yang inisiatif pada globalisasi.

Kemudian Pendidikan sebagai alat informasi untuk konsepsi seni rupa masa depan bangsa dan negara pada generasi-generasinya perlu melengkapi pemikiran yang tidak hanya dominasi yang berorientasi pada otak kiri. Orientasi otak kiri itu perlu diperkaya dengan menguasai enam kemampuan dasar dari pemikiran otak kanan yang berupa; desain, cerita, simponi, empati, bermain, dan makna. Lalu secara bersamaan, keenam indera yang menjadi indera keenam ASRI (Arah Seni Rupa Indonesia) sebagai 'Reformasi Konseptual' itu dapat membantu mengembangkan pemikiran baru yang utuh dengan seni rupa berkonsep tinggi yang menyentuh hati sebagai penawaran atas permintaan zaman atau era baru menuju 'Ekuilibrium' yang dapat berseru dan menderu peradaban dalam keselarasan-kewarasan.

Inilah seni rupa sesungguhnya yang pernah berjaya pada Nusantara di masa lampau, yaitu seni rupa Atlantis, Medang Kamulan, Kalingga, Sriwijaya, Kediri, dan Majapahit yang berupa "Binneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu jua)" serta "tat wam asi (dikaulah itu, dikaulah semua itu, semua mahkluk adalah engkau)". Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kesatuan, sedangkan segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar. Era ini juga merupakan keseimbangan antara dunia seni rupa 'otak kiri' dan 'otak kanan' yang semantik dan artistik. Tidak membuat batasan antara mereka yang maju dan tertinggal. Keselarasan antara ranah alamiah dengan ilmiah. Karena sebenarnya, seni rupa dari akal pikiran yang luar biasa adalah dualistis gabungan 'otak kiri' sebagai kuas informasi dengan 'otak kanan' sebagai cat warna konsepsi dalam afirmasi keberlangsungan kehidupan. Sedangkan landasan bidang pelukisannya terdiri dari empat bahan reformasi, yaitu "Catur Marga" yang terdiri dari; darma (partisipasi), arta (bernilai atau bermakna), kama (penuh cinta kasih), dan moksa (melebur, menyatu, berasimilasi).


  • Paradigma

Dalam waktu singkat, pemerintahan transisi di awal Reformasi menunjukkan prestasi dan apresiasi yang sangat menakjubkan. Pemerintahan transisi di awal Reformasi ini berhasil menyelamatkan krisis moneter dengan metode informasi yang dikonsepkan seperti NASAKOM (Nasionalis, Agamis, dan Komunis) dari seni rupa era Orde Lama dengan melengkapi lahirnya bank-bank bernuansa agamis. Keberhasilan sektor industri justru baru terasakan oleh seni rupa tangan dingin pemerintahan transisi Reformasi. Seniman pemerintahan ini menciptakan seni rupa pesawat CN-35 yang mampu melakukan short take off and landing hanya dengan jarak 400 meter merupakan prestasi tanpa tanding dalam kelasnya di dunia. Jarak lain juga dipersingkat dengan merancang seni rupa suatu pesawat terbang sipil tercepat di dunia dengan kecepatan jarak Jakarta (Indonesia) menuju New York (Amerika Serikat) hanya 4 jam saja. Sampai kini, pesawat produk dari modern Barat sekalipun, jarak Jakarta (Indonesia) menuju Jeddah (Saudi Arabia) masih ditempuh selama 8 jam. Di bidang militer pada persenjataannya, PINDAD di bawah pemerintahan transisi Reformasi mampu menciptakan senjata yang mempunyai jarak tembak yang sangat akurat sampai 1 kilometer. Padahal senjata produk Barat yang selama ini saling bersaing dalam perang dunia maupun perang dingin hanya mampu mencapai jarak tembak 750 m saja.


Jadi, pemerintahan masa transisi di awal Reformasi sebenarnya sudah menjadi pelukisan yang tidak abstrak lagi untuk membuktikan eksistensi dan potensi sesungguhnya bangsa Indonesia. Maka, era Reformasi ini seharusnya menjadi 'renaisans' pendidikan di awal abad milenium kedua Masehi setelah sebelumnya telah mengalami kebangkitan nasional di awal tahun 1900 Masehi. Faktor utama yang terpenting 'renaisans'di era Reformasi tentu saja tetap sumber daya dan kebudayaannya, hanya saja sistem pemberdayaannya pun juga harus diamandemen tidak hanya undang-undangnya saja. Sebagaimana kebangkitan nasional tahun 1908 itu dibangun oleh pengaruh dan asumsi "Max Havelaar" serta 'trias politica' dalam "Een Ereschuld" yang menggambarkan tiga poin utama seni rupa pembangunan.

Jika "Timeaus" dan "Criteas" melukiskan seni rupa suatu negeri dengan bingkai tiga perangkat pengelolaannya, maka "Een Ereschuld" melukiskan seni rupa suatu negeri dengan bingkai tiga hakikat pengolahannya. Secara eksekutif, irigasi adalah aliran perbaikan dan pengembangan sumber daya alam sebagai intisari kehidupan pokok masyarakat dalam pembangunan suatu negeri. Secara legislatif, emigrasi memproses penyegaran sumber daya manusia dalam hal kependudukan sebagai pemerataan pembangunan berkelanjutan suatu negeri. Kemudian secara yudikatif, edukasi mendidik sumber daya manusia dalam perbaikan dan pengembangan sumber daya alam maupun sumber daya manusia itu sendiri menuju keseimbangan permintaan dan penawaran pada keberlangsungan hidup. Karena sumber daya itu sendiri terbagi menjadi sumber daya yang dapat diperharui secara cepat dan secara lambat.

'Ekuilibrium' (titik temu) dari semua itu tentu saja seni rupa dari SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai 'sumbu x (xelographic)' yang dapat selaras dengan SDA ( Sumber Daya Alam) sebagai 'sumbu y (yield)', sebab Nusantara merupakan salah satu bagian dari 'episentrum' dunia. Untuk itu membutuhkan seni rupa pengendalian diri dan pemerintahannya. 'Revolusi Mental' yang seharusnya menjadi renaisans dalam era Reformasi adalah prinsip sad kama murka pada 'episentrum' mentalitas bangsa dan negara Indonesia. Prinsip tersebut berupa 'enam musuh dalam diri manusia' yaitu; kroda (marah), moha (kebingungan), kama (hawa nafsu), loba (rakus), mada (mabuk), masarya (iri hati).

dokpri
dokpri
Seni rupa Reformasi itu bukan hanya fungsi, tetapi juga desain. Sekarang ini tidak lagi cukup menciptakan suatu produk, jasa, pengalaman, atau gaya hidup yang cenderung fungsional. Sekarang ini yang penting secara ekonomis dan menjadi 'nilai lebih' pribadi adalah menciptakan konstelasi yang indah bagaikan kerlap-kerlip bintang di langit, unik, eksentrik dan menyentuh emosi. Di sini, seni rupa budaya menjadi gelombang balik yang akan menghantarkan evolusi ASRI (Arah Seni rupa Indonesia) pada kontrol mekanisme jaringan kinerja seni rupa murni dan seni rupa terapan yang berupa "Labirin Lapis Legit".

Era Reformasi di jaman kelimpahan modernisasi ini, setelah krisis 1998 membuat kita harus mengubah eksistensi masyarakat dengan seni rupa yang segar-bugar untuk tidak lagi terus-menerus tinggal dalam lorong negara, melainkan tinggal dalam labirin negara yang mewujudkan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai guntai sesungguhnya sejati bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mungkin lorong dan labirin kerap dibayangkan sebagai hal yang sama, akan tetapi keduanya amat berbeda. Sebuah lorong terdiri atas banyak lubang dan ruang dengan persimpangan membingungkan, kebanyakan ujungnya buntu. Ketika kita masuk ke dalamnya, tujuan kita hanyalah mencari jalan keluar secepat mungkin. Sedangkan sebuah labirin merupakan jalan berbentuk spiral. Ketika kita memasukinya, tujuan kita adalah mengikuti jalan spiral tersebut; berhenti, kemudian berputar, dan manapun jalan yang kita pilih semuanya akan membawa kita menuju keluar. Lorong merupakan perjalanan teka-teki yang memerlukan analisa untuk mencari jalan keluar, sedangkan labirin merupakan suatu bentuk meditasi berjalan. Lorong bisa membingungkan, labirin membuat kita fokus. Fokus Garuda Pancasila untuk menyalurkan 'elixir' pada rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun