Mohon tunggu...
Samsul Bakri
Samsul Bakri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belajar menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ekonomi Undip

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beberapa Dosa Bung Karno dalam Buku Demokrasi Kita

1 Desember 2022   05:14 Diperbarui: 1 Desember 2022   05:26 1692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam politik: yang kaya, yang miskin, laki-laki, perempuan punya hak yang sama untuk memilih dan dipilih menjadi Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Tetapi lebih dari itu, tidak ada persamaan. Dalam perekonomian tetap berlaku dasar  yang tidak sama. 

Malahan, semangat indivudualisme yang dikobarkan oleh semangat revolusi Perancis membuat kapitalisme makin tumbuh subur. Dalam bahasa Bung Hatta, semangat individualisme tersebut melahirkan aristotokrasi ekonomi. 

Jika sistem aristokratsi dimaknai segelintir orang yang punya kuasa, berarti aristokrasi ekonomi menurut defini Hatta bisa saya maknai -- dalam  perekonomian hanya segelintik yang punya kuasa atas modal atau sumber-sumber ekonomi untuk hidup lainya  -- hal ini sama dengan kapitalisme.

Ketidakadaan kesamaan dalam ekonomi, dimana pun itu pasti diikuti dengan pertentangan kelas. Dimana ada pertentangan kelas, mesti pula ada pula pertengkaran kepentingan, dan di tiap pertengkaran pasti selalu ada yang kuat dan yang lemah. 

Kepentingan yang punya kuasa kuat atas modal memilki watak sebagai penindas dan yang lemah sebagai objek penindas atau sebagai yang ditindas. Ketika masyarakat sudah tersusun seperti demikian maka,tuis Bung Hatta "dimana ada golongan yang ditindas dan menindas, disitu sukar didapat persaudaran"

Jika kita cermati argumen-argumen tadi, sebenarnya, Revolusi Perancis telah menggali kuburanya sendiri menggunakan asasnya yang pertama, 'kemerdekaan' . Trilogi yang diagungkan ternyata dibatalkan karena kebebasan yang harusnya melahirkan persamaan dan persaudaran justru melahirkan perbedaan dan penindasan. 

Semacam ada paradoks dalam kebebasan -- sebagai penopang dua dari trilogi lainya, justru kebebasan menjadi penghalang menuju ke cita-cita Revolusi Perancis.

Demokrasi Sosial Indonesia

"Nyatalah bahwa demokrasi yang semacam itu tidak sesuai dengan cita-cita perjuangan Indonesia yang melaksanakan terciptanya dasar-dasar perikemanusian dan keadilan sosial" Demokrasi politik saja tidak dapat memuculkan persamaan dan persaudaraan, maka perlu ada juga demokrasi ekonomi. Sebab dari gagalnya subtansi Revolusi Perancis, menurut pemaknaan saya, terletak pada ketimpangan ekonomi dalam semangat indivudualisme. 

Maka, persaudaran dan persaamaan akan lahir jika kebebasan harus diberi 'syarat-syarat' tertentu yang menjadi pembeda agar kebebasan tidak melahirkan ketimpangan. Jika mengutip ungkapan Bung Hatta, agar demokrasi tidak berkahir pada ketimpangan, maka Indonesia harus menganut konsep demokrasi sosial. 

Jika dicermati secara serius, setidak-tidaknya ada tiga sumber yang menghidupkan cita-cita demokrasi sosial Indonesia. Yang pertama, paham sosialis barat. Yang perlu diambil dari paham ini menurut Bung Hatta, ada dua, yaitu dasar-dasar perikemaunusian yang diperjuangkanya dan yang menjadi tujuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun