"Ke kantin yuk!" ajakku pada Fada namun ia menggeleng.
"Sendiri saja, manja sekali!"
Aku langsung menuju ke kantin meninggalkan Fada yang mencoba memasukkan bola basket ke ring.
Tahun ke tahun berlalu, aku menjelma menjadi wanita dengan wajah sedikit berbeda. Keimutanku agak berkurang. Dewa semakin tinggi namun sejajar denganku. Aku masih karib dengannya.
"Hus!" ucap Dewa sambil mengibaskan tangan di depan wajahku.
"Dikira kucing!" Dewa tertawa.
"Merengut terus, gantian ya sekarang kamu yang tidak mau pulang!" aku diam.
"Hm...." Dewa mencoba menerawang. Sayangnya ia malah keluar.
30 detik kemudian, wali kelas datang tergopoh-gopoh dan menyuruh Dewa keluar dari kelas.
"Alula!"
"Yuhu!" seperti suara Dewa. Ketukkan pintu semakin keras.