Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 6, Pertempuran di Kedai (Cersil STN)

18 Maret 2024   22:02 Diperbarui: 18 Maret 2024   22:06 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sembada duduk sambil menekuk kakinya.  Matanya tidak lepas dari arus sungai brantas yang bergulung-gulung di bawah gethek.  Air berwarna coklat itu menandakan bahwa di hulu sungai itu kemungkinan baru saja hujan.  Tidak sadar ia mendongakkan kepala ke atas melihat langit.  Terlihat hanya awan putih yang bergumpal-gumpal terbawa angin ke utara.

Tiba-tiba perutnya berbunyi, pertanda minta diisi lagi.  Ia hanya sarapan  bubur buatan Ki Ardi ketika berangkat dari goa. Sekarang matahari sudah agak jauh bergeser ke barat.  Pantas saja kalau perutnya sudah protes.

"Pasti di seberang sana banyak kedai makanan pula."

Sebentar kemudian gethek yang ditumpanginya sudah merapat di tepian.  Setelah membayar jasa tukang satang ia melompat dari gethek.  Kakinya mendarat di tanah berpasir yang lembab.  Iapun lantas mengayunkan langkahnya meninggalkan tempat penyebrangan itu.

Benar pula sangkaan Sembada, di kedua tepi jalan dekat penyebrangan itu banyak sekali kedai makanan.  Ia pilih kedai yang cukup besar, karena tertarik dengan rombongan orang berkuda yang juga mampir ke kedai itu.  Seorang pekerja kedai menyalaminya ketika ia masuk pintu kedai.

"Selamat sore tuan.  Silakan mencari tempat duduk tuan.  Kami akan melayani tuan dengan baik, kepuasan tuan adalah harapan kami."

Sembada menjawabnya dengan senyuman dan anggukan kepala.  Ia menengok kesana-kemari untuk mencari tempat yang kosong.  Hanya ada satu meja dan kursi di pojok kedai yang tidak ditempati orang.

Rombongan orang-orang berkuda nampak yang memenuhi kedai itu.  Mereka baru saja mendapatkan pelayanan.  Terlihat masing-masing piring mereka baru separo yang mereka makan.

Gadis berambut- panjang duduk di samping pemuda gemuk pemimpin rombongan.  Dari tempat duduknya Sembada tidak dapat melihat bagaimana wajah gadis itu.  Melihat perawakannya yang ramping, dan menggantungkan sebilah pedang di pinggangnya, kemungkinan gadis itu memiliki ilmu kanuragan juga.

Ia memesan makanan yang umum dijual di setiap kedai.  Nasi pecel-tumpang.  Kebetulan sekali rempeyeknya ditaburi banyak sekali kacang.  Ini makanan kesukaan Sembada sejak kecil.  Iapun dengan lahap menikmati hidangannya.

Orang-orang berkuda itu kelihatan telah selesai makan.  Sambil minum mereka bercakap-cakap dengan riuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun