Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tangan-Tangan Hampa

1 Maret 2025   22:13 Diperbarui: 1 Maret 2025   22:13 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Taylor Holmes inc.)

Lihatlah di sana, anak kecil di lampu merah,
Tangannya kecil tapi tanggungannya besar,
Ia mengetuk jendela dengan mata berharap,
Sampai kapan kepedihan ini dianggap biasa?
Mobil-mobil berlalu tanpa melihat,
Sementara ia terus menunggu keajaiban.
Dunia begitu besar, tapi tak ada ruang untuknya,
Mereka hanyalah tangan-tangan hampa yang dipaksa dewasa sebelum waktunya.

Lihatlah di sana, petani di ladang kering,
Mengaduk tanah yang tak lagi memberi,
Keringatnya jatuh tapi tak menyuburkan,
Sampai kapan bumi enggan berbagi hasilnya?
Ia menatap langit, bertanya dalam diam,
Tapi awan pun enggan menjawab.
Tanah ini pernah menjanjikan kehidupan,
Mereka hanyalah tangan-tangan hampa yang menanam tanpa bisa menuai.

Lihatlah di sana, kota yang penuh bayangan,
Gedung-gedung tinggi tapi hati terasa rendah,
Orang-orang saling berjalan tapi tak saling melihat,
Sampai kapan manusia hidup tanpa benar-benar hidup?
Langkah-langkah terus berulang,
Namun maknanya semakin menipis.
Di tengah keramaian, mereka tetap sendirian,
Mereka hanyalah tangan-tangan hampa yang tenggelam dalam kesendirian.

Lihatlah di sana, sejarah yang terulang,
Kesalahan lama dikenakan pakaian baru,
Janji-janji terdengar tapi tak pernah nyata,
Sampai kapan kita terus percaya pada ilusi?
Waktu bergulir seperti lingkaran,
Dan nasib tetap tak berubah.
Mereka sudah terlalu lelah untuk berharap,
Mereka hanyalah tangan-tangan hampa yang tersesat dalam perulangan sejarah.

Lihatlah di sana, langit yang tetap sama,
Matahari terbit dan tenggelam tanpa peduli,
Hari berlalu tapi luka tak mengering,
Sampai kapan waktu sekadar menambah penderitaan?
Dunia tetap berjalan dalam diam,
Sementara mereka menunggu jawaban yang tak pernah datang.
Harapan mereka perlahan melebur dengan senja,
Mereka hanyalah tangan-tangan hampa yang tak tahu harus percaya pada apa lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun