Baku tembak tidak terhindarkan.
Para prajurit goa berhasil menahan maju pasukan kota. Lorong menuju gerbang digital berubah menjadi medan tempur tanpa perlindungan. Beberapa anggota pasukan kota jatuh tewas. Tetapi jumlah para penyerang terus bertambah, dan bertambah, dan bertambah.
Para prajurit kota kini terdesak dan terus berusaha mencapai gerbang digital. Satu per satu mereka mulai berjatuhan menghadapi berondongan senjata para penyerang yang berlipat ganda.
Laki-laki berseragam militer yang semula berada di ruang pengawasan bersama Pemimpin Kota kini muncul dari tengah-tengah pasukan. Ia berjalan maju tanpa gentar. Melewati tembakan para prajurit goa yang tak mampu melukainya.
"Selamat datang, dalapan-sembilan-sembilan-dua-nol satu! Selamat datang di hari penghancuranmu!"
Laki-laki berseragam militer berjalan maju. Bunyi letusan pistol terdengar mengiringi langkahnya. Terarah pada jenderal orang goa.
Munduuuurr! Cepaaaatttt! Berlari menuju gerbang!
Jendral orang goa tidak mempedulikan serangan laki-laki berseragam militer. Keselamatan prajurit goa prioritasnya. Akan satu dua butir peluru yang mulai menembus tubuhnya tak dirasakan sama sekali.
Heru! Lindungi Aku!
Jenderal orang goa memberi perintah.
Kepala pasukan seratus dan pengawal  yang setia itu berlari kembali dan melindungi Sang Jenderal. Ia memuntahkan peluru dari senapannya. Hujan timah panas yang menahan maju gerak laki-laki berseragam militer.