Suara para prajurit terdengar penuh semangat.
"Jenderal, kita semua akan mati jika terlambat keluar melalui lorong di belakang sana." Kepala pasukan seratus memperingatkan.
"Semua orang mati. Tetapi mati dalam pertempuran adalah kehormatan bagi kita. Ini pusat pertahanan kota. Jantung yang menghidupi kebengisan. Kesempatan terbaik mengakhiri penderitaan kita adalah menghancurkannya hari ini. Jika kita mati karena menghancurkannya, kita mati untuk kebebasan semua yang kita cintai di goa. Jika kita hidup saat menghancurkannya, kita hanya menikmati sedikit kebahagiaan sebelum akhir segala sesuatu. Hidup atau mati, kita tetap bertempur untuk kebebasan orang-orang tercinta."
Suara sang Jenderal menggema membakar semangat para prajurit goa.
 "Kehormatan bagiku bertempur di sampingmu, Jenderal."
Kepala pasukan seratus mengangkat tangan kanan dan menempelkan telapaknya pada tepian dahi.
Lampu panggung tiba-tiba menyala. Terang benderang.
Jenderal orang goa berbalik berlari sambil memberi perintah.
"Kembali! Cepaaaattt!!!!
Bunyi tembakan terdengar dari berbagai sudut di  bagian atas panggung. Peluru berdesing mencari korban. Beberapa prajurit yang berdiri di pojok gugur tertembus timah panas.
Orang-orang goa berlari kembali ke arah gerbang digital sambil membalas tembakan para penyerang. Prajurit kota muncul dari bagian atas dan kedua sisi lorong di kiri dan kanan panggung.