Mohon tunggu...
Aristia PM
Aristia PM Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang guru yang belajar nulis

Skenario terbaik berasal dari takdir Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Lorosae | Bab 5 | Daun Pisang

15 Januari 2019   20:06 Diperbarui: 15 Januari 2019   20:29 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Emang abang ngerti?"

"Ngerti."

"Emang apa artinya?"

"Sonde tu tidak."

"Coba sini pinjam. Mau dengar lebih jelas."

Ratih meminjam ponsel Bang Ahmad, lalu didekatkan ke telinganya, sebentar. Tapi tetap tak paham. Kata-katanya terdengar aneh, tak bisa ditebak artinya. Dikembalikan lagi ponsel itu, Bang Ahmad masih terus berjoget sambil berjalan.

"Pagi, Bu!  Pagi, Pak!", Ratih dan teman-temannya berusaha ramah kepada setiap orang yang ditemui.

"Iya iya." hanya dijawab begitu, sambil tersenyum memperlihatkan lidah dan gigi yang merah. Tangan kanannya terangkat seakan memberi hormat. Ratih dan teman-temannya membalas salam dengan mengangkat juga tangan kanan mereka. Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung. Mungkin memang begitu budaya orang lorosae.

"Kang, lihat sumur itu?", bisik Nia kepada Kang Arya. Beli dan para abang memasang telinga.

"Sumur mana?"

"Itu, yang ditutupi kayu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun