Mohon tunggu...
rini ananing m
rini ananing m Mohon Tunggu... Penulis - 🌻

seribu jiwa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bara Tanpa Titik

18 Agustus 2022   01:50 Diperbarui: 18 Agustus 2022   01:54 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segera aku membopong nya dengan berlumuran darah yang ada di wajahnya dan diseluruh bagian tubuhnya tepatnya dibagian sebelah kanan yang tersambar kereta.

Saat itu aku benar-benar merasa kuat untuk menggendong nya dan tidak ada seseorang pun saat itu disepanjang jalan. Dan akupun menggendong nya.

Jauh sepanjang perjalanan aku berharap Tuhan mau memaafkan ku dan membiarkan Bara tetap diberi kesempatan untuk hidup.

Teringat darah yang mengalir deras nya dari tubuh Bara .

Tubuh ku melepas rasanya sudah hampir ingin pingsan. Tapi aku harus tetep kuat dan hampir tiba ku di perapatan jalan besar dan seorang bapak-bapak separuh baya melihat ku dengan keadaan sedang menggendong seseorang yang terluka parah di punggung ku .

Bapak itu tidak banyak bertanya kepada ku, dan langsung memberikan ku tumpangan yang saat itu aku hanya bisa menangis.

Tidak lama kemudian tiba lah kami di salah satu rumah sakit swasta ya ada di tangerang. Saat itu semua pembayaran administrasi ditanggung oleh bapak si penolong tadi, masih ku ingat bapak Toto namanya.

Kemudian Bara tersayang ku segera dilarikan ke Ruang UGD dan ditangani langsung dengan dokter.

Aku dan Bapak Toto hanya bisa menunggu nya di depan pintu Ruang UGD saja, sambil ku mencoba menghubungi kedua orang tua Bara .

Singkat cerita, Mamah dan Papah Bara langsung menuju Rumah Sakit semua alamat dan ruangan nya saat itu sudah aku beritahu melalui message kepada nya.

Tidak menunggu waktu lama kemudian Mamah dan Papah Bara pun tiba di Rumah Sakit, dari kejauhan ku dengar hentakan sepatu dengan bergegas menuju ke arah ruangan tepat Bara masih di tangani oleh dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun