Mohon tunggu...
Rika Apriani
Rika Apriani Mohon Tunggu... Novelis - Novelis.

Creating my own imaginary world through writing. Adi dan Ica (in progress).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tunggu Aku Kembali

10 Mei 2024   13:13 Diperbarui: 13 Mei 2024   19:14 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pexels.com/Matthew Barra

Adi terdiam di kamar hotelnya. Badannya remuk redam setelah seharian mengayuh becak mengelilingi kota menelusuri jalan-jalan kenangan. Jalan-jalan yang dulu ia lalui bersama gadis pujaannya sepuluh tahun yang lalu. Tiba-tiba telepon genggamnya berdering.

“Halo, ya Jer. Iya, becak ayahku kamu taruh aja di depan rumah. Ingat ya Jer, jangan sampai ada yang melihat. Kamu mesti hati-hati.” Sahut Adi menjawab telepon Jerry asistennya. Kemudian ia menutup teleponnya dengan perasaan gundah.

“Apa yang harus aku katakan pada ayah ibuku?” Gumam Adi dengan suara lirih. Pikirannya berkecamuk. Ia bingung harus memulai dari mana jika ia hendak memberitahu kepada orang tuanya bahwa ia sekarang sudah kaya raya. Bergelimang harta. Tak kurang suatu apapun.

Aku khawatir ibu dan ayah akan tidak percaya akan hal ini. Aku takut mereka tidak bisa menerima kenyataan ini. Aku tidak mau ayah dan ibu berpikir yang tidak-tidak akan kekayaan yang aku dapatkan. Aku takut mereka akan menyangka aku berbuat kriminal untuk menguasai harta yang sekarang aku miliki. Kalimat-kalimat tersebut berseliweran dalam kepala Adi saat ini.

Ia mencoba berbaring dan beristirahat di kamar hotelnya yang sejuk ber-AC. Kedua tangannya menopang kepalanya yang berada di atas bantal. Seketika pikiran Adi terbawa ke masa yang silam.

Adi kecil berjalan sambil bersiul-siul menuju rumah tetangganya. Rumah megah nan putih yang dihuni oleh seorang gadis cantik. Gadis idaman yang selalu menempati seluruh isi kepalanya selama ini.

“Ting tong!” Suara bel di pintu yang dipencetnya berbunyi nyaring. Adi perlahan merogoh kantong celana sebelah kanan untuk memastikan bahwa masih ada kotak kecil di situ.

“Eh, Adi.” Ica menyapanya dengan ramah saat membuka pintu.

“Yuk, masuk ke dalam.” Sahut Ica lagi sambil mengajak Adi masuk ke dalam rumah.

“Di bawah pohon jambu itu aja yuk, Ca.” Jawab Adi menggelengkan kepala sambil menunjuk ke arah pohon jambu air di halaman depan rumah Ica.

Mereka berdua berjalan menuju pohon jambu air yang teduh, lalu duduk di bawahnya. Angin bertiup semilir membuat suasana di sore hari itu terasa adem dan nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun