Mohon tunggu...
Dunia Wenda
Dunia Wenda Mohon Tunggu... Administrasi - Misteri Adalah Keindahan

Selamat datang di Dunia Wenda. Legakan Dahaga Sejenak Dengan Menikmati Kisah-kisah Misteri dan Inspiratif Dalam Kehidupan Fana Ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari yang Hilang

17 Oktober 2019   11:35 Diperbarui: 17 Oktober 2019   11:51 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/Ferenc Gancs

Wenda tiba-tiba terbangun dan duduk dengan keringat dingin di tubuhnya diatas ranjangnya. 

Dia melirik ke arah jam weker diatas meja samping tempat tidurnya yang menunjukan tepat pukul 03 dini hari. Sambil mengatur napasnya yang terengah-engah,  dia terbayang mimpi yang baru saja ia alami terasa sangat mengerikan. 

"Ternyata masih pukul 3 pagi" pikirnya sambil menengok ke arah jam weker dan menyeka keringat dingin di mukanya. 

"Mengapa aku mengalami mimpi ini?" pikirnya lagi menenangkan dirinya. 

Setelah tenang dia menengok ke sebelah ranjang tidurnya, tampak disana sahabat akrabnya Yantie yang setia menemaninya selama 5 tahun masih tertidur dengan lelap. 

"Walau terasa sangat nyata, ini hanyalah sebuah mimpi. Tenanglah Wenda. " ucapnya dalam hati untuk meredakan hatinya yang masih gundah. 

"Aku harus kembali tidur, agar besok pagi bangun dalam keadaan segar sehingga dapat menyelesaikan skripsiku." lanjutnya dalam hati. 

Lalu dia mulai merebahkan tubuhnya kembali dan berusaha untuk tidur lagi. 

---

Panasnya mentari menembus tirai ke dalam kamar kecil dengan dua ranjang itu dan Wenda pun terbangun dari tidurnya. Dia lantas melirik ke jam weker disamping ranjangnya yang  telah menunjukan tepat pukul 10 siang. 

"Wah sial, aku bangun kesiangan." Batinnya sambil bangun dan menuju kamar mandi dengan cepat. Seraya bangkit dari ranjangnya dia menengok ke ranjang kawannya Yantie yang ternyata sudah dalam keadaan kosong. 

"Aduh sialan.. Kenapa kamu tidak bangunkan aku Yantie.. Kamu pasti tahu kan statusku sedang mengejar dateline skripsi tiga hari lagi." umpat batin Wenda sambil terus berlari ke kamar mandi.

"Kriiiiiiing" bunyi weker menyalak galak serta merta menghentikan langkahnya menuju kamar mandi.

"Aduuuuuh, kerjaan si Yantie ini pasti memasang weker jam ajaib begini. Siapa lagi yang mau memasang weker jam 10 siang begini kalau bukan sahabatku yang jahil? " pikirnya geram dan kesal. 

Selesai mandi,  Wenda mengusap-usap wajahnya mengeringkan sisa air yang masih ada seraya duduk di meja belajarnya untuk menyalakan komputernya dan mulai melanjutkan tugas akhir skripsinya. 

Waktu menunjukan pukul 04.00 sore,  dan mata Wenda menjadi terbelalak kaget ketika tidak dengan sengaja melihat jam weker kesayangannya disampingnya. 

"Siaaaal.. Aku sudah janjian dengan Prof. Diyans jam lima! " ucapnya sambil setengah berteriak. 

"Aku harus cepat menyelesaikannya. Ayo Wenda,  kamu pasti bisa" gumamnya sambil terus mengerjakan skripsinya. 

Setelah beberapa saat mengetik, lalu dia mulai mencetak skripsinya untuk nanti bimbingan bersama dosennya. Sambil mencetak dan berdandan, Wenda melihat ke jam lagi dan menunjukan pukul setengah lima. 

"Aduuuh.. Bagaimana ini, bisa telat aku nanti ini." ucapnya sambil tergesa-gesa memakai pakaian. Setelah berpakaian dia merapikan bahan skripsinya dan pergi ke kampus untuk bimbingan. 

---

"Wah, kenapa aku sial sekali ya hari ini? Sudah hampir telat dan sudah naik ojek, ternyata dapatnya yang jalannya lamban seperti keong. Mana kurang 10 menit lagi jam 5.." pikir Wenda gelisah. 

Dia agak kebingungan karena dia merasa motor ojek yang dia tumpangi berjalan sangat pelan di jalanan yang sepi. 

Hanya satu-dua kendaraan yang melintas di jalanan yang selebar dua mobil ini. Dan sejauh mata memandang di sebelah kiri dan kanannya hanya terlihat semak dan pohon besar. Seakan-akan berisyarat pada orang-orang sehingga semua enggan melewatinya. 

"Bang.. Bisa lebih cepat dikit tidak? Saya sudah mau telat ini. Lagian jalanannya sepi gini kok bapak jalannya pelan sekali" ujarnya kepada pak ojek setengah berteriak. 

"Sabar neng, dan jangan teriak-teriak di daerah sini angker kalo sore-sore gini. Banyak setan lewat soalnya. " kata pak ojek menimpalinya. 

"Saya juga sudah potong jalan lewat sini biar lebih cepet sampai neng." tambahnya sesaat kemudian.

Memang kabarnya jalan Kaliblangka ini terkenal angker karena konon katanya dahulu sebelum dibangun jalan pintas ini adalah komplek kuburan kuno. Jalan pintas ini menghubungkan jalan raya Gator Sunyodo dan jalan raya Sultan Aseng, jika lewat jalan utama pengguna jalan harus memutar lewat jalan Pangeran Amsari. Dan itu bisa memakan waktu hampir setengah jam. Sedangkan jalan ini mempu menyingkat waktu perjalanan jadi 15 menit. 

Namun karena rumor yang beredar,  anehnya orang banyak yang percaya dan hanya sedikit orang yang mau lewat sini. Hal itu dikarenakan ada banyak cerita-cerita ganjil tentang kejadian aneh yang terjadi disini. 

"Memangnya beneran angker pak? " tanya Wenda kepada pak ojek penasaran. 

"Saya sih percaya neng, memang angker.  Banyak orang segen lewat sini neng.  Tapi kalau mau lebih cepat neng memang harus lewat sini. Dan saya percaya kita kudu ati-ati kalau lewat jalan angker seperti disini neng. "jawab pak ojek kepadanya. 

"Saya juga males jalan pelan begini, tapi cari selamet juga saya neng. Neng juga nggak mau ada apa-apa kan? " lanjutnya menambahkan. 

Wenda mengerti dan memahami apa yang dibicarakan oleh pak ojek, walaupun dia tidak percaya ada hal-hal ganjil diluar akal logisnya. Karena memang sebagai mahasiswa Wenda biasa bergelut dengan logika. 

Secara tidak sadar Wenda melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 04.45. Dia pun mulai resah membayangkan muka Prof. Diyans yang seakan bersiap akan menerkamnya jika dia datang telat. 

"Wah kurang 15 menit lagi. Jarak kampusku masih agak jauh. Tidak akan terkejar kalau caranya seperti ini." pikirnya sambil memikirkan cara agar tidak telat. 

"Aku harus cari cara agar pak ojek mau mempercepat tunggangannya." pikirnya lagi. 

Memang Prof. Diyans itu terkenal kejam dan keji kepada mahasiswanya. Karena memang dia adalah dosen pembimbing paling senior dan banyak yang dibimbing beliau lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. 

Namun, memang banyak yang merasakan beliau memang terkenal bersikap keras terhadap mahasiswa bimbingannya. Para mahasiswa gentar mendengar namanya karena kebuasan karakternya. 

Akhirnya Wenda menemukan sebuah cara yang mungkin bisa menolongnya walaupun dia harus merelakan uangnya untuk membayar lebih kepada pak ojek. 

"Pak, ini kan sudah jam 5 kurang seperempat. Kalo bapak mau bantu saya sampai kampus Mewangi sebelum jam lima, saya akan bayar dobel untuk bapak." ujarnya menyampaikan ide yang barusaja dia dapatkan. 

Pak ojek berfikir untuk tidak menanggapi tawaran Wenda. Namun setelah berpikir agak lama "Agak bahaya sih,  tapi lumayan juga nih dapetnya. Emang entah kenapa hari ini lagi sepi banget penumpang bisa buat tambahan uang dapur. " ujarnya dalam hati.

"Oke neng, saya agak ragu sih.  Tapi saya akan coba lebih cepat neng" seraya menarik gas motor Pireo tahun 2018 nya. Motor pun seketika melaju dengan cepat menembus jalan yang sepi itu. Bahkan yang kalau diperhatikan memang sangat sepi sekali. 

Tiba-tiba setelah jalan beberapa ratus meter terlihat bayangan hitam melesat dengan cepat memotong jalan kendaraan pak ojek. 

"Awas baaang.. Itu ada.. Aaaaargh." teriak Wenda kepada pak ojol,  kemudian pak ojek membanting setirnya kekanan yang menyebahkan motornya terpelanting dan pandangan Wenda menjadi gelap. 

---

"Aaaaargh.." Wenda menjerit terjaga dari tidurnya. Sambil keringat dingin membasahi tubuhnya dan duduk diatas ranjangnya.

"Syukurlah ini hanya mimpi" gumamnya dalam hati. Dia pun melirik jam weker kesayangannya yang ternyata menunjukan pukul 3 dini hari. Sambil mengatur napasnya dia masih terbayang mimpinya yang baru saja ia alami itu terasa sangat nyata dan mengerikan. 

"Ternyata masih pukul 3 pagi" pikirnya sambil menyeka keringat di mukanya.

"Mengapa aku mengalami mimpi ini?" pikirnya lagi menenangkan dirinya. Setelah tenang dia menengok ke sebelah ranjang tidurnya, tampak disana sahabat akrabnya Yantie yang masih tertidur dengan lelap. 

"Walau terasa sangat nyata, ini hanyalah sebuah mimpi. Tenanglah Wenda.." ucapnya dalam hati untuk meredakan hatinya yang masih gundah. 

"Aku harus kembali tidur, agar besok pagi bangun dalam keadaan segar sehingga dapat menyelesaikan skripsiku." lanjutnya dalam hati. Lalu dia mulai merebahkan tubuhnya kembali dan berusaha untuk tidur.

Sinar mentari masuk ke dalam kamar dan Wenda pun terbangun. Dia pun melirik ke jam weker disamping ranjangnya yang menunjukan pukul 10 siang. 

"Wah sial, aku bangun kesiangan." Batinnya sambil bangun dan akan menuju kamar mandi. Sambil bangkit dari ranjangnya dia menengok ke ranjang kawannya Yantie yang sudah dalam keadaan kosong. 

"Aduh sialan.. Kenapa kamu tidak bangunkan aku. Sudah tahu statusku sedang mengejar dateline skripsi tiga hari lagi." umpat batin Wenda sambil berlari ke kamar mandi. Wenda tiba-tiba terhenti karena tersadar akan sesuatu. 

"Sepertinya hal ini sudah pernah terjadi. Seperti dalam mimpiku malam tadi" pikirnya. 

"Mungkin hanya perasaanku saja." sambil melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. 

"Kriiiiiiing" bunyi weker menyalak menghentikan langkahnya menuju kamar mandi.

"Aduuuuuh, kerjaan si Yantie ini pasti masang weker jam ajaib begini. Masa masang weker jam 10 siang begini? " pikirnya heran. Tapi dia menjadi lebih heran lagi. Karena mirip sekali dengan mimpinya semalam. 

"Tapi.. Apakah aku sekarang sedang bermimpi? Mengapa mirip sekali dengan mimpiku semalam? Apakah mimpi itu adalah sebuah firasat buruk?" pikirnya sambil mengingat kejadian mimpinya. 

"Pasti ini pertanda. Aku harus hati-hati. Atau aku bicarakan dengan si Yantie? Oke, aku sepertinya harus bicara dengan Yantie." katanya dalam hati sambil menuju kamar mandi meneruskan niatnya tadi untuk mandi lalu mengerjakan skripsinya. 

Waktu menunjukan pukul 4 sore Wenda merasa gelisah apakah dia harus pergi ke kampus karena dalam mimpinya dia akan mengalami hal buruk di jalan nanti. 

"Sepertinya lebih baik aku bicarakan hal ini dengan Yantie, karena mimpi semalam terasa sangat sama dengan kejadian pagi hari ini. Jangan-jangan ini firasat buruk yang akan terjadi kepadaku? " gumamnya. Lalu ia pun menuju ruang tamu menonton televisi sambil menunggu Yantie kembali. 

---

Wenda terbangun mendengar pintu depan terbuka karena sahabatnya Yantie telah pulang. 

"Yantiiiiiie.. Syukurlah kamu telah pulang aku mau cerita curhat nih sama kamu." sambut Wenda kepada Yantie. Namun aneh.. Yantie terlihat pucat pasi serta muka memerah, penampilan berantakan dan tidak merespon sambutan Wenda. 

Dengan berjalan gontai dia berjalan masuk rumah menuju kamar. Dan Wenda pun hanya terdiam,  terbengong-bengong kebingungan dan lalu menutup pintu depan yang ditinggalkan. 

"Kenapa si Yantie begitu aneh?  Mengacuhkan aku disini yang menyambutnya pulang? Mengapa juga penampilannya berantakan dengan muka dan mimiknya seperti itu. Seperti orang mati. " batin Wenda memikirkan tingkah laku kawannya. 

"Pasti ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi ini. Aku harus waspada.. Jangan-jangan yang tadi aku lihat bukanlah si Yantie.. " pikirnya dengan perasaan yang bercampur baur tidak karuan, antara heran, takut, dan penasaran.

Wenda kemudian perlahan bergerak menyusul kawannya ke dalam kamar tidur karena merasa penasaran dengan sikap kawannya itu. Namun, ternyata ia tidak menemukan kawannya di dalam kamar itu.

"Aduh.. Bagaimana ini.. Jelas itu si Yantie sudah pulang dan kemari. Jangan-jangan yang tadi itu bukan Yantie? Kemana dia?" sambil dia keluar kamar. Dia menengok ke dapur, ke ruang tamu, ruang keluarga, semua kosong. Tidak ada tanda-tanda Yanlie. 

Tiba-tiba ia mendengar suara tangisan dari dalam kamar mandi. Terdengar lirih, penuh kesedihan dan perih menyayat hati. Muncul rasa ketakutan, bahwa itu yang datang pastilah bukan Yantie sahabatnya itu. Dan tanpa berpikir panjang ia pun mengambil langkah seribu untuk lari keluar rumah.

"itu pasti bukan Yantie.. Lalu siapa itu tadi?  Yakin sekali wajahnya itu Yantie yang pulang ke rumah" pikirnya sambil berlari ketakutan. 

---

Waktu menunjukan jam 8 malam, Wenda yang sudah tenang berpikir untuk kembali ke rumah. 

"Yantie yang asli mungkin sudah pulang sekarang.. Aku akan coba kembali ke rumah." pikirnya sambil berjalan kembali ke rumah. 

Wenda kembali ke rumah dengan perasaan was-was takut akan makhluk yang menyerupai kawannya tadi masih didalam rumahnya. 

Perlahan ia pun kembali pulang ke rumahnya, terlihat pintu depan masih terbuka lebar seperti posisi terakhir dia berusaha melarikan diri tadi sore. Dan sebelum masuk ke rumah dia pun melihat kanan kiri memantau situasi didalam rumah. 

"Sepertinya masih sama seperti posisinya sebelum aku lari tadi sore. "pikirnya. Setelah dirasa aman diapun masuk ke dalam sambil tetap waspada dan bersiap untuk melarikan diri jika ada hal-hal ganjil.  Dia mendengar ada orang bercakap-cakap dalam kamar sambil sesekali berseling dengan tangisan lirih. 

"Yan.. Yantiiiiie.. Kamu sudah pulang? Apakah kamu dikamar? Ini aku Wenda.." Wenda berteriak memanggil kawannya. 

Tidak ada jawaban yang meresponnya. 

"Yantiiiiie.. Kamu di kamarkah? Sambil perlahan ia mengintip dan masuk ke kamar. 

Didalam kamar ternyata ada Yantie dan Angie sahabatnya dan juga teman Wenda.

"Yantie.. Angie.. Itu kalian kah? Kalian yang Asli? " Wenda bertanya kepada kawan-kawannya. Namun tiada balasan  dari kawannya. Hanya tatapan nanar dan kosong yang ditunjukkan kawannya. 

Wajah-wajah kawannya terlihat berantakan, pucat pasi, sayu seperti orang mati dan memerah melamun memandang agak kebawah sesekali terisak lirih.  Secara naluriah Wenda merasakan ada hal yang tidak beres disini.

"Apakah mereka itu bukan Yantie dan Angie? Wajah mereka seram sekali." pikir Wenda sambil bersiap untuk lari lagi jika mereka ternyata bukan kawannya. 

"Yantie.. Angie.. "

Wenda berusaha memanggil kawannya lagi namun tiada respon sepertinya mereka ada di dunia lain. Hanya ada tatapan kosong, muka pucat dan kesunyian disini. 

Waktu terasa berhenti ketika momen itu terjadi.  Wenda pun mulai ketakutan dia yakin bahwa ini bukanlah sahabatnya. 

"Jangan-jangan mereka itu setan. Menyamar. Bukanlah sahabatku" pikir Wenda sambil memandang ketakutan kepada sahabatnya dan bersiap untuk melarikan diri. 

Tiba-tiba Angie berkata kepada Yantie. 

"Sudahlah.. Relakan saja kepergiannya.. Jangan nanti kau ini malah jadi menyusahkan diri sendiri" ujar Angie kepada Yantie. Dan Yantie pun hanya terisak menangis sedih. "Sudah Ku Coba Angie.. Sulit sekali rasanya ditinggalnya."

Wenda yang setengah ketakutan menjadi lebih tenang karena ternyata ternyata mereka mulai berbicara satu sama yang lain. Dan dia berpikir apa yang terjadi disini, apakah mereka sedang curhat karena Yantie memang sedang sedih karena ditinggal pacarnya Si deRni yang memang dikenal playboy dan tukang selingkuh. 

Wenda pun mengurungkan niatnya mencampuri urusan curhat mereka dan memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua saja. 

Namun.. Ketika ia akan keluar, Angie tiba-tiba berkata "Gue rasa dia juga ngga mau lo kayak gini.. Sudah Seminggu ini lo kayak begini.. Ngga sehat itu.." ujar Angie kepada Yantie. 

"Aku juga nggak mau terus-terusan begini Gie.. Mungkin jika dia bisa melihat ini juga akan merasakan hal yang sama. "lanjutnya. 

Wenda terenyuh menyaksikan sahabatnya Yantie menangis sedih karena ditinggalkan kekasihnya. 

"Kurang ajar memang si deRni ini. Bikin sahabatku sedih. Kalau ada didepanku akan ku buat dia merasakan siksa kubur didunia. " batinnya sambil merasa geram. Lalu diapun menghampiri perlahan para sahabatnya dan berkata

"Yan.. Biarkan saja si bajingan itu.. Dia pastinya tertawa puas melihat penderitaanmu disini.. Kalau kamu dilihatnya sedang meratap begini, maka puaslah dia. Kamu harus bisa menahan rasa sedih itu.. Lagian cowok banyak didunia ini.. Nggak cuma dia aja kan? " ujarnya memotong pembicaraan kedua sahabatnya itu. 

Namun tiada respon yang ditunjukkan Yantie atau Angie padanya. Dan itu membuat Wenda menjadi kesal. 

"Hei.. Kalian daritadi kenapa cuekin aku sih? Emangnya aku disini nggak ada? Sudah kau anggap aku ini setan kambing congek? " ujarnya meradang keras. 

Namun tetap tiada respon yang ditunjukkan oleh para sahabatnya atas ucapan-ucapannya tadi. Wenda pun marah dan ingin meninggalkan mereka. 

"Oke kalau begitu,  aku akan pergi jika kalian tidak membutuhkanku lagi! "ujarnya ketus seraya bergerak meninggalkan sahabatnya itu. 

Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba tangis Yantie pecah yang kemudian menghentikan langkah Wenda untuk keluar. Dan Yantie berkata pada sahabatnya

"Tapi aku belum siap Gie untuk ini.. Aku bisa menahan kesedihanku ketika aku putus nyambung dengan mas deRni.. Tapi tidak yang ini.. " ujar Yantie dengan penuh emosi kesedihan yang meluap-luap. 

Wenda pun terdiam mendengarkan bahwa dia telah salah paham dan penasaran hal apa yang telah terjadi pada sahabatnya. Apakah ditinggal oleh orangtuanya? 

Jelas tidak, karena Yantie adalah sahabat karibnya sejak SMP yang tinggal dengannya karena orangtuanya sudah tidak ada lagi. Kedua orangtua Yantie mengalami kecelakaan tragis ketika dia masih di bangku SMP,  semenjak itu sahabatnya selalu bersamanya dan bahkan Wenda sudah menganggap Yantie sebagai saudarinya. 

Belum sempat Wenda bergerak untuk mencobaa menenangkannya, Yantie berkata 

"Angie.. Aku belum siap kalau dia itu sudah pergi.. Aku masih butuh dia.." dan pecah tangisan Yantie meraung keras. 

"Ikhlaskan saja Yan.. Ini semua sudah ada yang mengatur,  jadi kamu tidak boleh bersikap seperti ini.. Nanti dia pun sedih kalau melihatmu begini" ujar Angie kepada Yantie.  Emosi Yantie mulai mereda mendengar perkataan Angie. 

"Iya Gie.. Aku sadar sekarang dan mulai belajar menerima hal ini.. Aku sudah ikhlas sekarang Gie.." lanjutnya kemudian. 

"Aku sudah ikhlas kehilangan dia yang selama ini sudah menjadi saudaraku satu-satunya selama ini. " tambahnya sambil menghapus air mata. 

"Aku sekarang sudah ikhlas Dia sudah tidak ada lagi." 

"Aku juga sudah ikhlas kecelakaan tragis itu telah merenggut nyawa.. "

"Wenda.."

 Wenda sangat terkejut mendengarkan hal itu dari sahabatnya, seketika ia merasa sadar dan menemukan jawaban atas kejadian aneh yang menimpanya itu dan perlahan ia mulai memudar..

FIN?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun