Ya sebagai orang awam merasa enggak paham. Jadinya mereka ada gap atau jarak yang seakan-akan dia lebih pintar dan kita merasa bodoh.Â
Oleh karena itu, perlunya menggunakan bahasa yang tepat juga seharusnya diperhatikan lagi. Gunakan bahasa yang ringan dan bahasa yang sederhana.
Misalnya juga ketika kita wawancara ke petani di suatu desa, kita juga harus tahu bagaimana kultur yang ada di sana. Kalau perlu menggunakan bahasa daerah agar petaninya ini mudah dipahami, dipersilahkan tidak ada masalah juga.Â
Jika seandainya kita ingin menanyakan terkait pertaniannya maupun usahatani jangan sampai menggunakan istilah "biaya variabel, biaya tetap dan lain-lain".Â
Tapi gunakan bahasa sederhana misalnya, "Bapak membutuhkan pupuk apa saja? Benihnya menggunakan benih apa pak? Berapa biayanya sekali beli? Digunakan berapa kali pak dalam satu kali produksi?"Â
Jadi, penggunaan bahasa dan istilah disini memainkan peran penting dalam proses komunikasi.
3. Sederhanakan Hal yang Rumit
Ciri orang pintar itu dia mampu menjelaskan kerumitannya secara sederhana. Lain halnya dengan orang yang sok pintar, dia membuat penjelasannya yang sederhana justru menjadi rumit alias berputar-putar.Â
Orang yang bisa menjelaskan secara detail bisa jadi belum tentu dipahami oleh orang lain. Jangan salah, mungkin detail adalah sebuah senjata agar penjelasan kamu terlihat berbobot dan berisi sehingga orang lain terpanah akan penjelasanmu.Â
Tapi penjelasan detail saja tidak cukup. Dia mungkin bisa menjelaskan hingga ke inti, tapi detail pun bisa jadi rumit dan penuh dengan misinterpretasi.
Orang yang pintar dia bisa membuat hal yang rumit menjadi lebih sederhana. Selain detail, ada satu hal yang penjelasannya bisa diterima yaitu rasional.Â
Jadi perlu adanya rasionalisasi dalam penjelasannya dengan cara apa? Ya dengan cara menggunakan bahasa yang sederhana dan ringan.Â