Nah, sekarang petani sebagai responden pasti bingung dan bertanya dalam hati. "Hah, maksudnya gimana ya mas? Aku iki ga pernah masuk sekolah mas enggak ngerti."
Percakapan #2
Contoh lagi, saya baru saja kedatangan mahasiswa yang sedang magang di perusahaan broker atau pialang.Â
Seketika dia menjelaskan kepada saya tentang pengetahuannya di pasar saham.
"Jadi begini mas Reyvan dalam istilah saham itu ada dua analisis yang dipakai untuk bermain saham, yaitu analisis teknikal dan fundamental. Analisis ini biasanya digunakan untuk melihat mobilitas dari harga-harga saham kompetitor lainnya mas."
"Lho lho bentar mas, boleh dijelaskan tidak maksudnya analisis teknikal dan fundamental itu apa menurut kamu? Sorry ya kebetulan saya tidak paham masalah ini. Karena memang bukan ranah saya mas.
"Ya, intinya seperti itu pak."
"Duh mas, gimana loh kamu ini kok saya tanya balik tidak paham. Haduh haduh."
Nah, dari contoh ilustrasi percakapan saya dengan mahasiswa ini malah jadi bingung sendiri.Â
Jika dilihat dari sebuah ilustrasi dua percakapan ini, curse of knowledge muncul karena adanya bias kognitif.Â
Seseorang dikatakan terjadi bias kognitif ketika telah menjelaskannya dengan panjang lebar, penjelasannya secara gamblang dan menganggap lawan bicara telah memahami maksud yang disampaikan.
Ketika si A menjelaskan suatu informasi kepada si B, si A menganggap bahwa si B sudah paham dengan penjelasannya si A. Tidak heran jika penjelasannya memunculkan adanya bias dan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.