Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ...karena menulis adalah berbagi hidup...

Akun ini pengganti sementara dari akun lama di https://www.kompasiana.com/berajasenja# Kalau akun lama berhasil dibetulkan maka saya akan kembali ke akun lama tersebut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Surat Rektor

25 Juni 2019   12:02 Diperbarui: 25 Juni 2019   12:22 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Susah ya mengubah otakmu yang penuh dengan idealisme itu. Kayaknya kudu dapat surat peringatan lagi, baru nyadar." Sang kakak geleng-geleng kepala.

Yang diajak ngomong hanya tersenyum. Dalam hati, dia tertawa sendiri. Emang surat apa lagi? Kan sudah lulus....

Hal lain yang membuatnya jadi lumayan rajin pulang kampung adalah karena Beatrix, keponakan dari kakaknya itu yang memang pintar dan menggemaskan. Waktu lahir hingga usia balita berakhir, ia tak sempat menengok apalagi menemani. Maka begitu usia awal-awal sekolah dasar begini, ada dorongan halus untuk bisa mengusahakan bersama keponakannya itu.

Tingkahnya nan menggemaskan itu mampu membuang peluh dan lelah yang selama ini seringkali melanda laksana luruh. Jiwanya yang terasa mulai kering, seolah mendapatkan kesegaran baru begitu melihat senyum serta pelukan hangat Beatrix.

Dia tahu, sementara waktu hidupnya untuk sebuah pergerakan, tidak berpikir dulu untuk berkeluarga, Beatrix adalah sungguh pelipur lara atas dahaga jiwa kebapakan terdalamnya.

^^^^

Hari ini Beatrix Nampak serius sedang mengerjakan sesuatu. Sesekali ia seperti sedang berpikir keras. Sampai akhirnya ia mendekati Omnya yang sedang membaca.

"Om, Yesus itu anak siapa?" tanya Beatrix tiba-tiba saja.

Dia sedikit kaget lalu berpikir sejenak. "Anaknya Maria dan Yosef."

"Rumahnya di mana?" Beatrix meneruskan pertanyaannya.

"Di Betlehem."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun