Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ...karena menulis adalah berbagi hidup...

Akun ini pengganti sementara dari akun lama di https://www.kompasiana.com/berajasenja# Kalau akun lama berhasil dibetulkan maka saya akan kembali ke akun lama tersebut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Surat Rektor

25 Juni 2019   12:02 Diperbarui: 25 Juni 2019   12:22 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu pikir aja sendiri," jawabnya ketus. "Lha dimana-mana juga aku masih pake nama Paulus kok... Nggak ganti."

"Akh!" Lukas makin mangkel sendiri. "Kamu sendiri pernah bilang, Yesus adalah sosok idolamu dalam perjuangan selama ini. Tapi, giliran diajak nengokin bentar sosok idolamu itu, ribet bener kepalamu itu..."

"Eh, Bung... Yesus juga mengajarkan pada kita bergerak itu nggak cuma rajin berdoa. Bergerak itu ya bergerak. Menuju sesuatu yang jelas," bantahnya lagi.

"Sudahlah! Aku berangkat ke gereja dulu."

Ia biarkan sobat sejak kuliahnya itu berlalu. Selepas Lukas pergi pun, tidak ada keinginan sedikit pun darinya untuk menyusul. Dia justru bergegas bersiap untuk kembali ke markas. Menyiapkan gerakan yang sudah lama dirancang supaya berhasil dengan baik.

^^^^^

Satu hal yang sedikti berubah sejak ia mendapat surat peringatan dari rektor itu adalah perhatiannya pada keluarga di kampung terutama kepada sang ibu. Tanpa harus menunggu hari raya atau hari libur, ia bisa datang tiba-tiba saja ke rumah. Sekadar menengok sebelum hari-harinya kembali sibuk dengan pergerakan yang rasanya tak ada habisnya dalam kehidupannya.

"Sudah berapa lama nggak ke gereja, Le?" tanya kakaknya.

"Mmm... Mungkin seumur aku tinggal di kota, Mas..," jawabnya santai.

"Bagus," kakaknya itu meletakkan sangkar burung kesayangannya dulu di lantai lalu sengaja ia bersihkan. "Tapi, kamu masih katolik?"

"Yo masih tho, Mas... Lha nama saya masih Paulus dan nggak akan kuganti kok," ujarnya yakin. Kakaknya itu cuma menggeleng-gelengkan kepala saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun