Mohon tunggu...
Rendinta Delasnov Tarigan
Rendinta Delasnov Tarigan Mohon Tunggu... Praktisi Perpajakan

Menulis untuk Bertumbuh menjadi Manusia yang Utuh. Inquiry: rendi.tarigan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tentang Buku Cetak atau Buku Digital: Refleksi Era Literasi Digital

24 Mei 2025   05:00 Diperbarui: 25 Mei 2025   11:44 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Buku Cetak dan Buku Digital (sumber: AI-generated picture)

Maka, di tengah dinamika ini, arah yang mungkin kita tuju bukanlah memilih “buku cetak atau digital”, melainkan membangun literasi hibrida: kemampuan menavigasi informasi dari berbagai bentuk media. Pendidikan tidak lagi soal memilih metode tunggal, tapi bagaimana menyesuaikan dengan konteks belajar, jenis bacaan, dan kebutuhan siswa.

Bayangkan seorang guru yang memberikan tugas membaca cerita rakyat dalam bentuk buku cetak, namun juga meminta refleksi dalam bentuk vlog. Begitu juga mahasiswa hukum yang membaca literatur yurisprudensi di perpustakaan sembari menelusuri perbandingan kasus melalui database daring. Inilah realitas baru dunia belajar. Literasi masa kini menuntut keberanian untuk menjelajahi keduanya—yang konvensional dan yang digital—secara seimbang dan sadar.

Di dunia yang makin terhubung dan cepat, cara kita belajar pun turut berubah. Namun, perubahan tidak selalu berarti meninggalkan yang lama. Buku cetak dan buku digital bukan musuh dalam medan perang, tapi mitra dalam ruang belajar. Masing-masing punya kelebihan, kelemahan, dan daya tariknya sendiri.

Sebagai pembelajar, mari kita jujur pada diri sendiri: apa yang membuat kita lebih fokus? Apa yang membantu kita memahami dengan lebih baik? Di sanalah kita mulai.

Karena pada akhirnya, bukan hanya bentuk bukunya yang penting, tapi bagaimana kita membangun kebiasaan membaca yang konsisten, reflektif, dan bermakna. Entah itu lewat buku bersampul tebal atau lewat tablet yang menyala di malam sunyi—selama kita membaca, kita masih belajar. Dan selama belajar itu masih menjadi bagian dari hidup, dunia ini masih punya harapan.

Referensi:

  • Anne Mangen, Bente R. Walgermo, Kolbjørn Brønnick, Reading Linear texts on paper versus computer screen: Effects on Reading Comprehension, Internasional Journal of Educational Research, 58, 2013, 61—68.
  • Jane Oakhill & Kate Cain, The Precursors of Reading Ability in Young Readers: Evidence From a Four-Year Longitudinal Study, Scientific Studies of Reading, 2011, 1—31.
  • Amanda J. Rockinson-Szapkiw, Jennifer Courduff, Kimberly Carter, & David Benner, Electronic Versus Traditional Print Textbooks: A Comparison study on the influence of university students’ learning, Computers & Education, 63, 2013, 259—266.
  • Naomi Baron, 2015, Words Onscreen: The Face of Reading in a Digital World, Oxford University Press. 
  • Katia Ciampa, Motivating Grade 1 Children to Read: Exploring the Role of Choice, Curiosity, and Challenge in Mobil e-books, Reading Psychology, 37(5), 2016, 1—41.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun