Mohon tunggu...
Refer Iqbal Tawakkal
Refer Iqbal Tawakkal Mohon Tunggu... Lainnya - Artikel Ilmiah

Mahasiswa Biologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Studi Pengembangan Potensi Ekowisata pada Kawasan Konservasi Pesisir Gunung Anyar, Surabaya

31 Mei 2020   21:41 Diperbarui: 31 Mei 2020   21:45 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Ekosistem Mangrove

            Mangrove sering disebut sebagai hutan bakau dan merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut ataupun dengan perairan sekitar muara sungai. Oleh karena itu ekosistem ini dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove diartikan sebagai kelompok tumbuhan yang terdiri dari berbagai jenis dari suku yang berbeda, tetapi mempunyai persamaan kemampuan penyesuaian diri yang sama terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut. Di Indonesia mangrove sering diidentikan dengan salah satu jenis vegetasinya yaitu bakau, sehingga orang lebih mengenal ekosistem ini dengan ekosistem/hutan bakau. Walaupun dipengaruhi oleh pasang surut air laut, vegetasi mangrove bukan merupakan vegetasi yang membutuhkan kadar garam tinggi, namun vegetasi mangrove merupakan vegetasi yang tahan terhadap kadar garam tinggi (Wanadri, 2015).

            Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai cirikhusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang dipengaruhioleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena adanya pasang surutair laut (Duke, 1992). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal woodland, vloedbos dan hutan payau (Kusmana dkk., 2005) yang terletak di perbatasan antara darat dan laut, tepatnya di daerah pantai dan disekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Sumaharni,1994).

Menurut Kusmana dkk., (2005) hutan mangrove adalah suatu tipe hutanyang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna ,muara sungai) yang tergenang waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam.Adapun ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organismeyang berinteraksi dengan faktor lingkungan di dalam suatu habitat mangrove.Adapun ciri-ciri dari hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik,adalah : memiliki jenis pohon yang relatif sedikit; memiliki akar yang unik misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp.,serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.; memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar ataudapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora; memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon. Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang; tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup daridarat; daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yangkuat; airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2-22 ) (LPP Mangrove, 2008).Karakteristik dari ekosistem mangrove dipengaruhi oleh keadaan tanah, salinitas, penggenangan, pasang surut, dan kandungan oksigen. Adapun adaptasidari tumbuhan mangrove terhadap habitat tersebut tampak pada morfologi dankomposisi struktur tumbuhan mangrove (Rismunandar, 2000).


2.2 Kawasan Konservasi Pesisir Gunung Anyar

            Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya yang terdapat objek wisata yang di beri nama Wisata Anyar Mangrove (WAM). Objek wisata WAM memiliki potensi alam berupa pemandangan yang indah dan alami, berbagai jenis fauna dan flora seperti burung-burung dan hutan mangrove. Arahan kebijakan yang dirumuskan menunjukan bahwa konsep pengembangan potensi wisata WAM agar meningkatkan daya tarik wisata, sehingga dapat meningkatkan penghasilan masyarakat setempat, meningkatkan kualitas hutan mangrove sehingga tetap terjaga, selain berwisata, bisa menjadi tempat pendidikan/penelitian. Dengan dukungan dari pemerintah dan peran serta masyarakat setempat. Karakter Objek Wisata Anyar Mangrove (WAM) termasuk dalam jenis wisata lokal yang memiliki potensi alam yang indah dan alami, pemandangan yang indah, dan terdapat berbagai jenis fauna dan flora. Pemanfaatan lahan pada kawasan objek wisata WAM merupakan kawasan konservasi managrove, tambak ikan, dan perumahan. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata WAM merupakan wisatawan lokal dengan tujuan rekreasi atau bersantai, tetapi masih dalam jumlah yang sedikit. Sarana dan prasarana wisata serta akses jalan masih dalam kondisi kurang baik. Objek wisata WAM memiliki banyak potensi yang perlu di kembangkan, selain itu melakukan promosi tentang potensi wisaata yang ada untuk menarik daya tarik wisatawan (Umasugi, S. Dan Suning, 2013).

Kecamatan Gunung Anyar merupakan salah satu kawasan yang tumbuh tanaman mangrove. Di kecamatan Gunung Anyar terdapat berbagai macam jenis taman mangrove yang memanjang di sepanjang sungai, selain itu terdapat berbagai macam satwa yang hidup di kawasan tersebut. Wisata Anyar Mangrove atau disingkat dengan WAM, adalah objek wisata baru di surabaya, tepatnya di kelurahan Gunung Anyar-Rungkut. Area wisata yang berada di sekitar 2 km ke arah timur kampus UPN, selain menonjolkan hutan mangrove yang alami, juga dilengkapi dengan hewan-hewan yang masih langka, semisal monyet berekor panjang. Selain monyet, kita bisa menikmati berbagai spesies burung sepanjang perjalanan menuju area mangrove. Untuk itu demi meningkatkan kualitas wisata WAM guna meningkatkan kelestarian ekosistem mangrove, lingkungan, ekonomi dan kesejahteraan maka perlu untuk di kembang (Umasugi, S. Dan Suning, 2013).

2.3 Ekowisata

            Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tetapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi (Orams and Mark, 1995). Ecotourism green tourism atau alternative tourism merupakan  wisata  berorientasi    pada    lingkungan    untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumber daya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Umasugi dan Suning, 2013).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun