Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Penulis - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai.Jangan berhenti, jangan merendah, selesaikan pertandinganmu. Kita berkarya untuk keabadian. Sesungguhnya karya adalah anak. Biarkan ia berproses, tumbuh dewasa dan menemukan jodohnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rintik Hujan Sore Itu

30 Juni 2022   17:57 Diperbarui: 30 Juni 2022   18:11 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi. Edited using Canva

Dariku yang berharap hujan turun sore itu
Yang ingin mencecap manisnya cinta laiknya kisah-kisah romansa pada muda-mudi yang baru mengenal cinta.
Namun, Aku tidak berharap rintiknya lebih ramai dari obrolan kita.
Diantara irama hujan aku ingin menyelipkan sanjungan termanis tentang dirimu,
Tetapi hujan tetaplah hujan, aku tak berhak mengaturnya sesuka hati.
Kiranya hujan tak segera berkemas dari tubuhmu
Wajah tanpa riasan itu lebih segar dibanding kembang merekah memamerkan kelopaknya.

Ada banyak cerita tentang hujan
Banyak yang menjadi penyanjung, tetapi tak jarang pula membencinya.
Hujan di sore itu membuatku berada di antara keduanya.
Hujan menguar petrikor, menyembuhkan tanah dari panas yang memanggang.
Namun, hujan mengekang aroma khas tubuhmu dengan bulir-bulir yang berselancar pada lekuk tubuhmu.
Sungguh, bagiku itu adalah momen paling menjengkelkan, seperti bersin yang tidak jadi atau seperti keinginan melepaskan tinju kepada orang yang membuatmu kesal sepenuh hati.

Andai saja saat itu aku mendapat ijinmu,
Untuk aku mengalirkan panas tubuh melalui dekapanku, mungkin bibirmu tidak perlu bergetar disertai gemeratak gigimu hanya untuk memperjelas penolakan mu,
tetapi kamu tetaplah kamu, aku tak berhak mengaturmu sesuka hati.

Untukmu yang lenyap saat hujan sudah berkemas sore itu, Aku masih terdiam sambil sesekali rintik hujan terdengar mengolok-olokku.
Yang tidak mereka ketahui, satu kata dalam hatiku juga tak kalah ramai memanggil namamu.

Jumat, 3 Mei 2022
11.00 Wib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun