Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pendidikan Bidang Hukum. Pengikut Gerakan Akal Sehat. Ex Relawan BaraJP / KAWAL PEMILU Pembelajar Tanpa Henti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dialektika Kekuasaan Sipil dan Militer Jilid 4: Tentara Nepal di Atas Angin, Kepala Polisi dan Buzzer-Senkom-Banpol Terjepit

17 September 2025   11:12 Diperbarui: 17 September 2025   11:28 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: wiki Iron Man

Dialektika Kekuasaan Sipil dan Militer Jilid 4: Tentara Nepal di Atas Angin, Kepala Polisi dan Buzzer-Senkom-Banpol Terjepit

(Jawaban Artikel Sebelumnya: 4september2025: Dialektika Kekuasaan Sipil dan Militer: Kajian Filsafat Politik dalam Konteks Indonesia Kontemporer): https://www.kompasiana.com/ramadhanhadysyahputratambunan/68b73b6434777c68534517e2/berfilsafat-dengan-benar-indonesia-hari-ini

6september2025: Dialektika Kekuasaan Sipil dan Militer jilid 2: Reshuffle Kabinet dan Naiknya Daya Tawar TNI: https://www.kompasiana.com/ramadhanhadysyahputratambunan/68bf07ffc925c4257f0c1114/dialektika-kekuasaan-sipil-dan-resufle-kabinet-militer-jilid-2

9September2025: Dialektika Kekuasaan Sipil dan Militer Jilid 3: Narasi Pro Kontra TNI-Polri di Media Sosial https://www.kompasiana.com/ramadhanhadysyahputratambunan/68c0380bc925c43c240b9392/dialektika-kekuasaan-sipil-dan-militer-jilid-3-perang-narasi-pro-kontra-tni-polri-di-media-sosial

Oleh: R. Hady Syahputra Tambunan
Latar belakang pendidikan di bidang hukum, bekerja sebagai karyawan swasta, aktif menulis di media online dengan fokus pada kritik isu politik, sosial, budaya, dan hukum. Terlibat dalam kegiatan kerelawanan politik serta memiliki minat besar pada kajian filsafat

Dialektika kekuasaan di Nepal pasca-demokratisasi selalu ditandai tarik-menarik antara sipil, militer, dan birokrasi keamanan. Tiap momentum krisis politik atau kerusuhan sosial membuka peluang reposisi. Siapa yang menguasai narasi publik, siapa yang berhasil mengendalikan aparat keamanan, dan siapa yang mendapat restu perdana menteri, akan muncul sebagai pemenang dalam babak tertentu.

Dalam jilid sebelumnya, kita melihat manuver besar: figur militer senior diposisikan sebagai pengendali keamanan, tokoh intelijen sipil melemah, dan framing media yang menyebut tentara Nepal sebagai biang kerusuhan perlahan hilang. Perdana Menteri kala itu menjaga jarak: di depan publik ia memberi gestur pada aparat sipil, tetapi di level struktural justru memperkuat tentara.

Kini, pada jilid 4, kita menyaksikan babak baru. Tentara Nepal bukan hanya bertahan, melainkan unggul di ruang publik. Sebaliknya, kepemimpinan kepolisian justru terjepit: isu pergantian Kepala Polisi makin kuat, tuntutan reformasi keras, dan kekuatan buzzer, Banpol, hingga Senkom yang selama ini jadi tulang punggung narasi pro-polisi mulai kehilangan taji.

Dari Framing Kantipur ke Hak Jawab Tentara Nepal

Awal babak ini dimulai ketika Kantipur menerbitkan laporan yang menyebut dugaan keterlibatan tentara dalam kerusuhan demonstrasi Agustus. Narasi ini cepat menyebar lewat media sosial, diperkuat jejaring buzzer sipil. Tujuannya jelas: membentuk kesan bahwa tentara-lah faktor destruktif, sementara aparat sipil tampil sebagai korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun