#Teori Hegemoni Kekuasaan #TNI Polri #Filsafat Kekuasaan #Filsafat Hegemoni
Berfilsafat dengan Benar: Indonesia Hari Ini, Filsafat Teori Kekuasaan Lembaga Sipil vs Militer
Oleh: R. Hady Syahputra Tambunan
Latar belakang pendidikan di bidang hukum, bekerja sebagai karyawan swasta, aktif menulis di media online dengan fokus pada kritik isu politik, sosial, budaya, dan hukum. Terlibat dalam kegiatan kerelawanan politik serta memiliki minat besar pada kajian filsafat
Bab I. Indonesia Beberapa Hari ini: Mengejutkan dan Membingungkan
Dalam sepekan terakhir, Indonesia kembali dirundung gelombang kegelisahan sosial. Demonstrasi merebak di berbagai daerah, disertai penjarahan, kerusakan fasilitas publik, hingga aksi pembakaran. Narasi publik pun bergerak liar: mulai dari polemik pajak bumi dan bangunan di Pati, gaji anggota DPR, wacana undang-undang perampasan aset, pernyataan Sri Mulyani soal gaji guru, hingga kritik tajam terhadap tindakan represif aparat kepolisian.
Seolah dalam tujuh hari, semua simpul kegelisahan bangsa meletup serentak. Namun, di balik hiruk-pikuk media massa dan media sosial, ada gejala yang lebih dalam, lebih fundamental, dan sering luput dari perhatian umum.
Saya menulis bukan sekadar sebagai pengamat isu harian atau pencatat tren populer. Saya menulis sebagai seorang pemikir yang gemar pada filsafat. Sebab filsafat justru mengajarkan: ketika masyarakat riuh, kita perlu mundur sejenak. Menjauh dari keramaian agar dapat melihat peristiwa dengan kejernihan, struktur, dan kesadaran akan pola panjang.
Sejarah, kata filsafat, tidak pernah bergerak secara acak. Ada logika tetap yang mengikat manusia dalam peradaban: negara, wilayah, sumber daya, kekuasaan, legitimasi, kontrol, kejayaan, dan dominasi. Semua itu bukan kebetulan, melainkan watak dasar manusia dalam berpolitik dan membangun peradaban.
Karena itu, artikel ini bukan sekadar catatan opini. Ia adalah usaha membaca ulang realitas Indonesia hari ini dengan pisau analisis filsafat dan sejarah kekuasaan. Saya, R. Hady Syahputra Tambunan, menempatkan tulisan ini sebagai pandangan utuh: tidak hanya menjawab narasi sesaat, tetapi mencoba menunjukkan keterhubungan antara sejarah, kekuasaan, sumber daya, dan kehormatan.
Pada akhirnya, setiap pertarungan politik di negeri ini selalu bermuara pada tiga hal: siapa yang berhak menguasai legitimasi, siapa yang mengendalikan sumber daya, dan siapa yang mengklaim simbol kejayaan.
I.1. Sumber Utama Masalah: Kekuasaan