kemarilah
pohon palem di luar jendelaku
kekadang gundul
tetiba penuh dedaunan
banyak hal sebenarnya
langit pun berubah
baru saja
warna putih mengancam
kekadang
tak ada burung
aku sudah di sini selamanya, sungguh—
mengawasi, menunggu penuh dahaga
mungkin tak banyak tampak
tapi kau akan menyimak
kisah-kisahnya tak terbatas letak
seperti cahaya
ketika aku menjulurkan leher ke kiri sedikit
matahari entah berdarah atau tak jerit
hari ini jalanan berurat garam
dulu bulan menatap balik ke arahku,
kosong dan tak kenal ampun
sepenuh rindu dendam
kekadang alir air mata
tetapi ada juga uang logam
dan gelas-gelas susu
ibu-ibu ompong
jalan setapak berlimpah
aroma jeruk nipis
garut jepang menggelap, lunak, hilang
aku pernah melihat seorang wanita Muslim
berjalan diterpa angin
burkanya bagai kain kafan terbang
lalu langit di atas kepalanya
mendung karena burung-burung
kemarilah
aku akan berusaha melindungimu
pernahku menyaksikan orang-orang kelaparan
di sepanjang jalan dan zaman
separuh tersesat
lalu melahap diri mereka sendiri
bagaikan ouroboros