Di sisi lain, oligarki politik dan ekonomi yang sebelumnya bertumpu pada kepolisian kini harus menghitung ulang: apakah masih aman bergantung pada mereka, ataukah harus segera merapat ke orbit tentara dan perdana menteri
Kesimpulan dan Penutup
Dialektika kekuasaan sipil dan militer di Nepal selalu bergerak zig-zag. Pada jilid sebelumnya, kepolisian sempat tampil sebagai korban yang dibela publik, sementara tentara terancam framing media. Kini, situasi berbalik total: tentara unggul di ruang publik, kepolisian terjepit oleh isu kepemimpinan dan reformasi, sementara buzzer, Banpol, dan Senkom kehilangan daya gigit.
Perdana Menteri memainkan strategi ganda: di depan publik masih menjaga wajah kepolisian, namun pada level struktural memperkuat tentara. Hasilnya, dialektika sipil vs militer kembali condong ke militer.
Babak berikutnya akan sangat ditentukan oleh apakah perdana menteri benar-benar mengganti Kepala Polisi atau hanya menggunakan isu itu untuk melemahkannya secara bertahap. Namun yang jelas, untuk sementara, tentara Nepal sedang berada di atas angin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI