Misalnya, dalam argumen ontologis, kita mendefinisikan Tuhan sebagai "sesuatu yang lebih besar dari segalanya". Kant menekankan bahwa keberadaan Tuhan bukanlah kualitas yang dapat ditambahkan pada definisi Tuhan. Eksistensi adalah kondisi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kita mendiskusikan sifat-sifat lain.
Kritik Kant: "Jika Tuhan ada, maka Ia ada. Tetapi menganggap eksistensi sebagai bagian dari definisi hanya memperkuat anggapan bahwa definisi itu cukup untuk membuktikan eksistensi."
Kritik Kant ini membuka jalan bagi filsafat yang lebih skeptis terhadap pembuktian eksistensi Tuhan dengan logika semata.
2. David Hume (1711-1776); Kritik terhadap Argumen Kosmologis dan Teleologis
Hume adalah salah satu filsuf yang paling berpengaruh dalam mengkritik argumen kosmologis dan teleologis. Dalam Dialogues Concerning Natural Religion, Hume mengajukan sejumlah pertanyaan yang meruntuhkan kedua argumen tersebut:
Argumen Kosmologis:
Hume bertanya, jika segala sesuatu membutuhkan penyebab, mengapa kita harus menerima bahwa Tuhan adalah penyebab pertama? Mengapa Tuhan tidak juga membutuhkan penyebab? Bahkan, jika kita menerima penyebab pertama, tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa penyebab itu adalah Tuhan.Argumen Teleologis:
Hume berpendapat bahwa meskipun kita bisa melihat desain atau keteraturan dalam alam, kita tidak bisa langsung menarik kesimpulan bahwa desain ini hanya bisa berasal dari Tuhan. Menurutnya, alam semesta bisa saja muncul secara acak atau karena hukum alam yang tidak kita pahami sepenuhnya. Bahkan, jika ada perancang, kita tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa ia adalah Tuhan yang teistik---bisa jadi perancang itu tidak sempurna atau bukan pribadi.
Hume mengingatkan bahwa kita tidak bisa menyederhanakan kompleksitas alam semesta dengan argumen yang terlalu mudah dan langsung.
3. Bertrand Russell (1872-1970): Kritik terhadap Semua Argumen Logis untuk Tuhan
Bertrand Russell, dalam karya-karyanya seperti Why I Am Not a Christian, menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada bukti rasional yang cukup untuk membuktikan eksistensi Tuhan. Russell berpendapat bahwa argumen-argumen klasik seperti ontologis, kosmologis, dan teleologis tidak memiliki kekuatan pembuktian yang memadai.
Russell mengkritik pendekatan teistik dalam filsafat dan agama dengan menyatakan bahwa argumen-argumen ini hanya memproyeksikan pandangan manusia tentang dunia. Argumen-argumen ini, menurut Russell, cenderung mengabaikan kompleksitas dunia nyata dan mengandalkan asumsi-asumsi yang tidak bisa dibuktikan.