Bab V: Logika Ketuhanan Agama Abrahamaik
Dalam tiga agama Abrahamik: Yudaisme, Kristen, dan Islam, Tuhan didefinisikan sebagai pribadi yang mahakuasa, mahaesa, dan pencipta segala sesuatu. Namun pendekatan terhadap logika dan rasionalitas sangat berbeda, terutama antara Yahudi-Kristen awal dengan pendekatan Islam.
1. Yudaisme: Tuhan Yang Tersembunyi dan Tak Terdefinisi
Dalam tradisi Yahudi, Tuhan disebut dengan nama-nama suci seperti YHWH (Yahweh), Elohim, atau Adonai, namun tak satu pun nama itu dianggap mewakili esensi-Nya secara penuh.
a. Anti-definisi
Tuhan tidak dapat dijelaskan secara filosofis; bahkan menyebut nama-Nya pun dianggap tabu. Dalam kitab Keluaran (3:14), Tuhan berfirman kepada Musa:
"Ehyeh asher ehyeh"="Aku adalah Aku."
Kalimat ini tidak menjelaskan apa-apa secara logis, tetapi menyatakan kedaulatan eksistensial Tuhan.
b. Tuhan sebagai subjek sejarah, bukan objek analisis
Dalam tradisi Yahudi rabinik, Tuhan lebih dikenal melalui tindakan-Nya dalam sejarah (Exodus, perjanjian, penghukuman), bukan melalui definisi metafisik. Rasionalitas tetap dihargai, tapi dibatasi oleh hukum Taurat dan tradisi Talmudik.
2. Kristen: Tuhan Inkarnatif dan Problem Rasionalitas
Kristen awal menghadapi tantangan besar dalam menjelaskan iman akan Tuhan yang esa, tapi juga percaya Yesus sebagai Anak Tuhan dan Roh Kudus sebagai pribadi ilahi.
a. Masalah Logika Tritunggal
Trinitas adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah satu esensi dalam tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Secara logika, ini sering dikritik sebagai kontradiksi internal: bagaimana mungkin 1 = 3