Mohon tunggu...
ana Mhi
ana Mhi Mohon Tunggu... Wanita dengan keseharian biasa saja

Suka kopi dengan khas pahitnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) Maaf! Jalanku Memang Lambat

2 September 2023   09:39 Diperbarui: 2 September 2023   09:46 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pexels.com/Pixabay

"Iya, loh. Kamu keliatan gak ngurus diri tahu gak sih, Nin." Seolah tidak mau diam, Wati ikut menyindirnya.

"Masa, sih?" Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Nina, ia menyeruput es teh manis yang dipesannya.

Nina sudah merasa tidak nyaman dengan reunian yang dia dan teman-temannya lakukan hari ini. Sebenarnya ada rasa sesak di dada, rasa-rasanya ia ingin pulang saja.

"Kalian apaan sih, kita kan mau senang-senang hari ini. Kok pertanyaannya malah rasis gitu," Nia menegur kedua temannya karena dia merasa ketidaknyamanan Nina saat itu, "jarang-jarang, loh Nina pulang ke sini dan ngumpul sama kita," lanjutnya.

Nina tahu teman-temannya sudah mendengar kabar bahwa semenjak menikah dan ikut suami, Nina menghabiskan waktunya bersama suami mengurus ternak. Bahkan sampai ikut panas-panasan hanya untuk membantu suaminya memanen pakan untuk ternak mereka.

"Bukan gitu, aku cuma mikir kayaknya kamu salah ngambil keputusan deh, Nin. Nikah muda terus ninggalin pekerjaan kamu di kantoran, malah milih ikut suami dan sekarang sibuk panas-panasan." Seolah belum puas, Wati terus saja menyerang Nina dengan ucapannya.

"Iya, aku ajah belum kepikiran mau nikah. Masih pengen menikmati masa muda, ngabisin waktu jalan-jalan terus bisa belanja apa ajah yang aku mau," sambung Laras.

Tidak ada yang bisa Nina katakan, hanya perasaan sedih yang menyelimutinya saat ini. Jika saja ia hanya sendiri, mungkin sedari tadi air mata yang ia tahan sekuat tenaga sudah tumpah.

Dua tahun menikah, sudah begitu banyak cobaan yang Nina dan suaminya lewati.

Sekarang dia ingin pulang, menemui suaminya dan minta untuk dikuatkan, seperti yang selalu mereka lakukan setiap hari ketika perasaan ingin menyerah itu hadir.

"Apaan sih kalian ini! Udah tuh makan ajah, entar keburu dingin." Lagi-lagi Nia melerai dan berusaha mencairkan suasana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun