Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Bergelimang Debu Perang

22 Juli 2025   20:15 Diperbarui: 24 Juli 2025   16:12 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustasi gambar dari freepik.com (AI-generated)

Ledakan demi ledakan
yang mengantar tangisan demi tangisan
pada kematian demi kematian
bukanlah satu-satunya bencana
saat kita bergelimang debu perang.

Anak-anak manusia yang kehilangan mimpi
rantai petaka ekonomi
darah mengering yang menuntut darah segar
dan banyak bencana lain yang bahkan belum sempat terpikirkan.

Lalu apa sebenarnya yang kita cari?
Jika menang jadi arang, kalah jadi abu
dan yang diambil maupun yang tersisa hanyalah pilu.

Jadi selain mengutuk dan berdoa,
marilah belajar berdamai.

Karena perang paling pertama selalu perang melawan diri sendiri.

---

barombong, 22 juli 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun