Baginya dompet yang penuh terisi oleh rupiah pengunjung yang bersimpati lebih nikmat dari royalti mana pun
Setelah Paskah yang singkat badai singgah sejenak seperti kawan lama yang bertandang ke rumah kerabat.
Kayu salib telah kosong jenazah yang tergantung di sana sudah jadi gandum yang jatuh di tanah
Jika Tuhan saja penuh cinta apa lagi yang bisa membuatmu kembali mengotori kaki dengan darah sesama?
Pada malam hari yang benderang. Memberi secercah semangat pada jiwa
Ini adalah kereta kehidupan Yang memberi beraneka ungkapan Kepada para penumpang di perjalanan
Di antara gelap gulita berkas cahaya lilin mungil menyeruak seringkali sesak nyaris tiada celah untuk menghela napas.
Mengenang senyum lebar si gadis bestari
Seroja putih merah yang dibuai air bulan rahmat menjadi saksi
Anak-anak itu berlarian kegirangan. Menjemput guru yang datang di tengah rinai hujan. Telah lama ruang kelas merana kesepian.
Betapa dinanti kehadiranmu Pada wajah anak negeri berharap hidup sejahtera Seragam yang sama mengabdi untuk negara
Teruntuk para wanita di di luar sana Yang masih tertatih letih mengais rezeki demi si buah hati Yang merana lara di dera prahara
Tersadar dalam renungan Yang berkepanjangan dalam hidupku
menggeliat matahari baru saja membuka mata dingin masih mendekap bumi
Jatuh, kenapa ku jatuh lagi terpelesetan dari masalah yang membelit Tapi saat ini keadaannya berbeda
kemuliaan manusia dirajut Allah dalam sosok manusia yang Ia ciptakan kemuliaan manusia terwujud dalam proses penciptaannya
Apa yang membuat seseorang percaya akan impian? Apa yang membuat jiwa bangkit dan bertahan?
Dalam ruang yang telah usang Sekelumit melintas dalam pikiran Bahwa hidup bukan hanya tentang berpangku tangan
Di titik ini aku memberi bukti, di titik itu aku menerima. Di titik ini aku tersembunyi, di titik itu aku tak meminta.
Untuk akhir yang akan membuka awal Biarkan aku merangkai aku dalam balutan kata-kata Biarkan aku melukis kanvas dengan goresan diksi tak berirama