Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Hujan Pertama dan Terakhir

7 Mei 2025   20:05 Diperbarui: 9 Mei 2025   13:41 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Albrecht Fietz dari Pixabay

Sungai di bawah jembatan kayu mulai surut.
Tanah dan bebatuan kering.
Debu jalanan mulai beterbangan
jatuh di atas dedaunan
dan atap rumah.

Hujan terakhir jatuh beberapa minggu yang lalu
lalu pamit pada pelangi
pada sungai
pada peradaban
sebelum dibawa pergi pancaroba entah ke mana.

Benar kata mereka,
kita baru merasakan arti kehilangan
setelah yang dicintai benar-benar pergi.

Sekarang yang tersisa tinggal kenangan
pada sumur-sumur
pada waduk-waduk
dan ember-ember yang mengering.
Yang tersisa tinggal asa
akan hujan pertama yang dinanti
untuk mengisinya kembali.

---

kota daeng, 7 mei 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun