Aku mengecup keningmu, mengecup matamu, mengecup bibirmu, kali ini bukan sketsa.
Sayangnya, saat kedua mata sudah nyaris terpejam sebagian diriku yang lain berkata pelan-pelan. Mungkin kamu yang masih kurang termotivasi...
Dia tetap melangkah, dan selalu berpesan kepada orang-orang yang ditemui agar jangan lelah mencintai negeri.
Bahkan sering kali keputusan bongkar pasang personil tidak datang dari analisis yang rumit
Tidak butuh waktu lama sebelum teriakan histeris sang gadis merobek keheningan malam.
Malam ini diisi dengan perasaan gugup luar biasa seorang pria remaja lainnya.
Lelaki tidak bercerita bukan karena tidak ingin, tapi boleh jadi, waktunya lebih banyak untuk mendengar daripada berkeluh kesah
Tapi senja ini ... keheningan yang hambar membuat kopi susu yang tersaji manis tapi senyum barista terasa pahit.
Tapi hari-hari ini cafe kami sepi. Denting gelas beradu dengan sendok tidak akan cukup untuk menghalau senyap itu
Setelah diberondong timah panas oleh aparat, pemuda yang baru saja mengibarkan bendera one piece itu tersungkur.
Di bawah bumantara aku termenung Menatap malam yang segalanya enigmatisLintang baswara mengingatkan kembali waktu kita bersandiwaraKamu yang begi
Ledakan demi ledakan, yang mengantar tangisan demi tangisan pada kematian demi kematian
Belakangan ini malam terasa lebih dingin. Bagaimana dengan malammu di sana?
Hari-hari belakangan ini dia gemar menonton kehidupan orang lain dan kesimpulannya ...
Kala malam turun dan bulan menggantung di langit, puisi ini menuturkan rindu yang diam-diam tumbuh dalam cahaya dan kesunyian.
Kita akan belajar menemukan cinta, bahkan pada hal-hal yang ingin kita hindari.
Awalnya hanya setinggi mata kaki, lalu setinggi betis, lalu setinggi lutut.
Gedung-gedung koperasi yang baru dibangun berdiri megah, tidak peduli jika di sekitarnya tanah kering bebatuan. tanah berpasir dan tanah berlumpur
Puisi untuk mereka yang dalam gumul