Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengungkap Quiet Covering pada Gen Z; Tatapan Diam dan Luka Tak Terucap di Tempat Kerja

21 September 2025   14:25 Diperbarui: 21 September 2025   14:25 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quiet Covering,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Di sebuah ruang kerja yang tampak biasa, seorang karyawan muda duduk diam. Matanya menatap layar, ekspresinya datar. Tak ada senyum, tak ada keluhan. Hanya keheningan yang menggantung. Manajernya mengira ia tak peduli. Rekannya menganggapnya pasif. 

Tapi siapa sangka, di balik tatapan itu, ada dunia yang disembunyikan, identitas, kecemasan, keyakinan, bahkan cara kerja yang tak sesuai norma dominan.

Fenomena ini bukan sekadar keheningan. Ia punya nama: quiet covering.

Di Balik Nama yang Sunyi

Quiet covering bukan tentang menyerah. Ia tentang bertahan. Tentang menyembunyikan bagian dari diri sendiri, entah itu keyakinan, kondisi mental, atau kebiasaan kerja demi terlihat "profesional", "kompeten", atau "layak". Bukan karena ingin, tapi karena merasa harus. Karena sistem belum siap menerima keaslian.

Menurut laporan Forbes dan studi Betterworks (2025), lebih dari 56% Gen Z mengaku menyembunyikan identitas mereka di tempat kerja. 

Hampir separuh menyembunyikan tantangan kesehatan mental. Banyak yang menggunakan AI secara diam-diam, takut dianggap tidak mampu.

Tatapan kosong yang sering disebut "Gen Z stare" bukan tanda apatis. Ia adalah bentuk perlindungan. Sebuah batas diam yang dibangun untuk bertahan.

Generasi yang Belajar Diam

Gen Z tumbuh di era digital yang serba cepat, penuh ekspektasi, dan minim ruang aman. Mereka diajarkan untuk "jadi diri sendiri", tapi dunia kerja sering kali menuntut penyesuaian yang melelahkan. Mereka belajar bahwa kejujuran bisa berisiko. Maka mereka memilih diam.

Generasi sebelumnya pun tak luput. Milenial terbiasa berkompromi. Gen X dan Boomer menyembunyikan usia, pandangan politik, atau kondisi kesehatan demi stabilitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun