UMKM memang istilah populer, tetapi di baliknya terdapat dunia yang berlapis-lapis.
Hari Literasi Nasional bukan hanya milik perpustakaan atau akademisi. Ia milik setiap warga yang ingin hidup lebih sadar, lebih kritis & lebih berdaya
PHK massal ConocoPhillips bukan hanya tentang efisiensi korporat, tetapi juga panggilan untuk meninjau ulang arah industri energi secara menyeluruh.
Domino’s bisa menjadi studi kasus tentang batas strategi ekspansi yang tidak cukup membaca konteks sosial, budaya, dan ekologis.
Karena pemulihan bukan hanya soal bangkit. Ia adalah soal menjadi lebih utuh.
Kasus Ace–AZKO bukan hanya soal bisnis. Ia adalah pelajaran tentang etika merek, hak konsumen, dan pentingnya arsip naratif yang jujur.
Untuk benar-benar pulih, KFC harus merangkul narasi baru yang relevan dengan konsumen masa kini, narasi yang menyatukan rasa, nilai, dan kepercayaan.
Spiritual Quotient bukan sekadar tahu, tapi menghidupi. Ia tumbuh saat kita bersedia mendengar, bertindak, memberi, dan merenung.
Pada akhirnya, manajemen bukan sekadar seni mengelola angka atau strategi. Ia adalah seni mengelola kebenaran, tindakan, dan hati.
Kisah PZZA di Semester I–2025 bukan sekadar tentang bisnis yang bangkit. Ini tentang bagaimana merek yang pernah terluka memilih untuk tidak menyerah.
Identitas korporat mereka bergeser dari “industri tembakau” ke “penjaga konsumsi rakyat”.
Copilot sudah secara jujur membuat pengakuan. ChatGPT juga telah mengakuinya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga berani dan jujur mengakuinya?
Copilot dan GPT-5 bukan musuh, melainkan cermin. Yang satu mencerminkan kekuatan, yang lain mencerminkan kehadiran.
KFC Indonesia hari ini bukan kekurangan uang. Tapi kekurangan arah yang kuat. Sudah banyak yang memberi, namun belum banyak yang berubah.
Persona bukan tujuan akhir, melainkan undangan untuk berpikir. Dan Gen Z bukan sekadar penerus, tapi penyeimbang.
Jadi, bukan akhir. Ini adalah kelahiran kembali LCC dalam format yang lebih tangguh dan relevan dengan zaman.
Haruka Nishimatsu bukan hanya cerita inspiratif. Ia adalah kontra-narasi terhadap kepemimpinan yang pongah.
Rojali dan Rohana hadir bukan untuk menyusahkan toko. Mereka hadir karena ingin tetap merasa menjadi bagian dari kehidupan normal.
Hanya mereka yang bisa membaca arah perubahan dan bergerak cepat yang akan tetap bertahan.
Nilai tidak diukur dari seberapa sering ia terdengar, tapi dari seberapa kuat ia terasa dan dilakukan.