Pernahkah Anda melihat seorang anak yang tutur katanya lembut dan sopan, lalu di sisi lain ada anak yang bicaranya tajam bahkan terkesan kasar?
Suatu hari ketika saya berbelanja di pasar, saya sedang sibuk menyusun belanjaan. Tiba-tiba seorang anak perempuan kecil, kira-kira berusia tiga tahun, melintas sambil berkata, "Eh, geser sedikit, emangnya ini jalan bapakmu?" Saya spontan menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya saya, kata-kata sekeras itu justru keluar dari mulut tubuh kecil yang polos.
Rasa penasaran membuat saya mencari tahu. Rupanya anak itu cucu seorang penjual sarapan di pasar. Hampir setiap hari ia bermain di sekitar lapak sendirian atau bersama anak-anak lain. Bayangkan, di usia belia, ia sudah menyerap bahasa yang begitu keras dari lingkungannya.
Ironisnya, di sekolah kami, anak-anak berbicara dengan pilihan kata yang begitu santun, baik kepada guru maupun teman. Mereka bahkan akan terkejut ketika mendengar orang berbicara dengan suara keras atau ucapan yang kasar.
Kontras sekali, bukan? Sama-sama anak kecil, tinggal di kota yang sama, tetapi lingkungan membentuk karakter bahasa yang begitu berbeda. Apa sebenarnya yang menyebabkannya?
Keluarga: Pondasi Utama
Segala sesuatu bermula dari rumah. Anak yang tumbuh di keluarga dengan kebiasaan berbicara sopan akan terbawa sikap itu ke mana pun ia pergi. Sebaliknya, keluarga yang abai terhadap tutur kata justru melahirkan anak-anak yang terbiasa kasar. Mereka meniru persis apa yang mereka dengar, bahkan kata-kata yang belum mereka pahami maknanya. Dan jika pola itu dibiarkan berlarut-larut, akan sangat sulit mengubahnya.
Sekolah: Ladang Pembiasaan
Sekolah pun memegang peranan besar. Beberapa sekolah menerapkan language policy atau aturan berbahasa yang berlaku untuk seluruh komunitas. Contohnya, pembiasaan menggunakan kata "maaf," "permisi," dan "terima kasih". Aturan ini melatih anak-anak menjaga lisannya, bahkan hingga terbawa ke rumah.
Namun, dampaknya sangat bergantung pada respons keluarga. Jika orang tua mendukung, kebiasaan baik itu akan mengakar kuat. Jika tidak, anak mungkin hanya berlaku sopan di sekolah, tetapi kembali ke pola lamanya saat berada di rumah.
Masyarakat: Cermin Kehidupan Nyata