Mohon tunggu...
Anne Tobing
Anne Tobing Mohon Tunggu... Proses Belajar

Menulis dengan bahasa yang ringan saja.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengapa Pejabat Publik Masih Gagal Berbicara dengan Santun?

14 September 2025   00:26 Diperbarui: 14 September 2025   00:26 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pernahkah Anda melihat seorang anak yang tutur katanya lembut dan sopan, lalu di sisi lain ada anak yang bicaranya tajam bahkan terkesan kasar?

Suatu hari ketika saya berbelanja di pasar, saya sedang sibuk menyusun belanjaan. Tiba-tiba seorang anak perempuan kecil, kira-kira berusia tiga tahun, melintas sambil berkata, "Eh, geser sedikit, emangnya ini jalan bapakmu?" Saya spontan menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya saya, kata-kata sekeras itu justru keluar dari mulut tubuh kecil yang polos.

Rasa penasaran membuat saya mencari tahu. Rupanya anak itu cucu seorang penjual sarapan di pasar. Hampir setiap hari ia bermain di sekitar lapak sendirian atau bersama anak-anak lain. Bayangkan, di usia belia, ia sudah menyerap bahasa yang begitu keras dari lingkungannya.

Ironisnya, di sekolah kami, anak-anak berbicara dengan pilihan kata yang begitu santun, baik kepada guru maupun teman. Mereka bahkan akan terkejut ketika mendengar orang berbicara dengan suara keras atau ucapan yang kasar.

Kontras sekali, bukan? Sama-sama anak kecil, tinggal di kota yang sama, tetapi lingkungan membentuk karakter bahasa yang begitu berbeda. Apa sebenarnya yang menyebabkannya?

Keluarga: Pondasi Utama

Segala sesuatu bermula dari rumah. Anak yang tumbuh di keluarga dengan kebiasaan berbicara sopan akan terbawa sikap itu ke mana pun ia pergi. Sebaliknya, keluarga yang abai terhadap tutur kata justru melahirkan anak-anak yang terbiasa kasar. Mereka meniru persis apa yang mereka dengar, bahkan kata-kata yang belum mereka pahami maknanya. Dan jika pola itu dibiarkan berlarut-larut, akan sangat sulit mengubahnya.

Sekolah: Ladang Pembiasaan

Sekolah pun memegang peranan besar. Beberapa sekolah menerapkan language policy atau aturan berbahasa yang berlaku untuk seluruh komunitas. Contohnya, pembiasaan menggunakan kata "maaf," "permisi," dan "terima kasih". Aturan ini melatih anak-anak menjaga lisannya, bahkan hingga terbawa ke rumah.

Namun, dampaknya sangat bergantung pada respons keluarga. Jika orang tua mendukung, kebiasaan baik itu akan mengakar kuat. Jika tidak, anak mungkin hanya berlaku sopan di sekolah, tetapi kembali ke pola lamanya saat berada di rumah.

Masyarakat: Cermin Kehidupan Nyata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun