Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Memetik Rindu

3 Mei 2025   19:52 Diperbarui: 4 Mei 2025   14:15 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh G.C. dari Pixabay

Tidak jemukah kamu memetik rindu dari relung-relung malam?
terutama setiap Sabtu malam sampai ke atas kota-kota kita.

Kamu bersama gawaimu
dan aku bersama gawaiku.
Lalu kita mulai bercerita tentang segala hal
tentang masa lalu yang sudah berlalu
masa kini yang sedang dijalani
pun masa depan yang penuh harapan.

Lalu saat perbincangan yang lekat dan hangat
menjelang penghabisan
kita berdua terdiam beberapa helaan napas
membiarkan sebagian rindu yang gugur
bertunas dan bersemai
agar kapan-kapan bisa dipetik kembali.

Tidak jemukah aku memetik rindu dari relung-relung malam?
Entahlah.
Pertanyaan seperti itu mungkin tidak butuh jawaban
hanya renungan dan ikhtiar yang panjang.

Biarlah demikian.
Aku bisa memiliki banyak waktu untuk merenungkan ikhtiar
di atas pesawat
yang terbang ke kotamu.

---

barombong, 3 mei 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun