Aku berharap
kenangan bisa disajikan di dalam piring makan
atau diseduh untuk mengisi cangkir kopi
agar setiap kali rindu melanda
aku tinggal menyantap dan meminum kenangan itu
sedikit demi sedikit
sampai tidak tersisa sama sekali.
Sayangnya
kenangan itu immortal
bahkan lebih abadi dari rasa rindu itu sendiri.
Jadi dibanding menjadi saksi bisu
pada kenangan yang selalu meniupkan nyawa baru
pada rindu yang sudah kubunuh berkali-kali,
aku memilih untuk berdansa dengan keduanya
rindu dan kenangan
di bawah langit mimpi abu-abu.
Sampai kapan?
Entahlah.
Mungkin sampai kamu sendiri yang datang
membunuh salah satu atau malah keduanya
lalu mengucapkan kata-kata terakhir di hari pemakaman mereka.
---Â
kota daeng, 13 november 2022