Mohon tunggu...
Igniz Patristiane
Igniz Patristiane Mohon Tunggu... -

kerja, kuliah, me-time. perpaduan dari legitnya seduhan panas vanilla latte dengan topping whipped cream pada pagi hari yang dingin. dengan menulis di waktu senggang serasa menikmati roti bakar selai nanas dengan taburan keju bagiku :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lena

24 April 2017   14:18 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indra menuang segelas air putih yang dingin ke dalam sebuah gelas yang menyerupai kristal. Ia duduk di samping Lena, menyerahkan gelas itu kepadanya dengan hati-hati. Indra mengamati Lena dengan tatapan mata yang sangat dalam ke arah Lena.

“Aku tidak apa-apa, Indra,” Lena meneguk air dingin itu. Sepertinya memang hanya air itu yang bisa melegakan tenggorokannya.

“Kamu membuatku khawatir, Lena.”

Lena tersenyum simpul. Ia membalas tatapan Indra. Dalam hening mereka saling memandang. Entah untuk berapa lama. Kedua mata Indra menyiratkan kehangatan yang romantis.

Lena mengedip dan mengalihkan tatapannya ke gelas kristal yang ia pegang. Indra sendiri mengendurkan ketajaman pandangannya, sedikit menunduk, menyapukan pandang ke permukaan meja yang kosong, hanya ada sebuah vas putih porselen dengan kelopak-kelopak kecil bunga plastik. Lena merasakan dadanya berdegup. Sebuah pusaran hasrat ia bendung rapat-rapat, dan rasanya sungguh menyiksa.

“Maukah kamu mengantarku pulang, Indra?”


*          *          *

Hari Senin, Lena makan siang bersama Maya. Mereka mengetahui ada sebuah warung ayam bakar yang baru buka di ujung blok gang kedua dari gang tempat lokasi biro berada. Warung ayam bakar yang lumayan baik, dengan meja-meja yang tertata rapi dengan dikelilingi masing-masing empat kursi. Beberapa kipas angin menempel di setiap sudut ruang, semuanya menyala tanpa menimbulkan suara berisik.

Maya masih terus mengabarkan tentang adiknya. Kali ini sedikit berbeda karena sepertinya ia sudah lebih dapat menerima kenyataan. “Hari ini adalah hari ketiga dia opname di rumah sakit. Dokter belum mengizinkannya rawat jalan. Kukira ia demam atau hanya radang tenggorokan.”

Lena mengangguk, mencoba menunjukkan bahwa ia juga ikut memperhatikan perkembangan kesehatan adik Maya lewat mimik mukanya. “Jadi, dia typhus.”

“Iya, dia terlalu bersemangat di awal untuk pesta pernikahannya. Kondisi tubuhnya semakin menurun karena tidak ia imbangi dengan supply nutrisi yang seimbang. Bahkan, dia tidak pergi latihan fitness atau sekedar jogging di pagi hari. Hal yang sering ia lakukan dulu sebelum ia berangkat kuliah.”

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun