Mohon tunggu...
Igniz Patristiane
Igniz Patristiane Mohon Tunggu... -

kerja, kuliah, me-time. perpaduan dari legitnya seduhan panas vanilla latte dengan topping whipped cream pada pagi hari yang dingin. dengan menulis di waktu senggang serasa menikmati roti bakar selai nanas dengan taburan keju bagiku :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lena

24 April 2017   14:18 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lena menangkis saat itu, bahwa tidak ada yang perlu dibanggakan darinya. Bahwa keputusannya untuk tinggal di Jakarta memang karena keterbatasan ekonominya. Keadaan ibunya, tidak bisa dipungkiri, lebih baik, tetapi akan sama saja apabila ia masih bersama ayah. Suaminya masih taat dengan konsekuensi membiayai kehidupan mantan istri serta tiga anak mereka tiap bulannya. Ibu sendiri melahirkan dua anak dan Lena tidak ingin lebih merepotkan keluarga baru Ibu. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Lena pun memutuskan mencari nafkah sendiri di Jakarta.

Keluar dari busway, Lena menempelkan sebuah kartu flash dengan chip yang sebelumnya ia gunakan untuk masuk ke halte Tosari tadi. Ia berjalan menuruni jembatan penyeberangan dan berbelok ke sebuah gang yang sepi. Sebelum sampai rumah, Lena mampir ke sebuah minimarket 24 jam. Di sana ia membayar untuk sebuah cup yang diisinya sendiri dengan seduhan panas kopi latte yang tidak terlalu banyak gula. Ia memasang earphone di telinganya, mencoba mendengarkan koleksi lagu-lagu iTunes-nya. Hanya saja, ia tidak dapat berkonsentrasi dengan suara apapun.

Ia teringat pada suatu kesempatan ia bertanya kepada Indra akan siapa nama istrinya. Bukan bermaksud lancang, tetapi saat itu untuk pertama kalinya Indra telah menyapukan bibirnya ke bibir Lena.

Saat itu merupakan pertemuan keempat mereka yang jatuh pada hari Minggu. Mereka memang merencanakannya. Lena menyetujui ajakan Indra untuk menemaninya menonton film tentang seseorang yang memiliki banyak kepribadian. Tema film itu menarik bagi Lena, dan Indra berjanji untuk menjemputnya.

Indra datang dengan mengenakan kaos santai berkerah berwarna putih dengan celana jeans. Tanpa disengaja, Lena pun mengenakan atasan baju putih dari bahan chiffon serta jeans panjang. Pada hubungan-hubungan yang Lena jalin sebelumnya dengan beberapa pria, ia tidak mendapati yang seperti Indra. Pria itu datang dengan membawakan sebuket bunga mawar merah segar. Bunga itu pada malam harinya dibagi Lena menjadi lima bagian dan ditempatkan pada gelas-gelas berukuran panjang yang telah ia isi dengan air.

Dengan duduk mendampingi Indra yang menyetir pada sebuah Range Rover, Lena serasa mendapati dirinya berada pada dimensi kehidupan yang berbeda. Mereka menuju Senayan City, membeli tiket untuk ditonton satu jam kemudian.


Mereka berjalan-jalan mengitari mall besar itu, menikmati es krim dengan topping gula kapas berukuran sekitar empat kali lipat besarnya dibanding mangkuk es krimnya sendiri. Seorang pramusaji mengabadikan foto mereka serta membantu mengempeskan gula kapas itu dengan menuangkan cairan cokelat di atasnya.

Indra menikmati dirinya menemani Lena melihat-lihat baju di Debenhams. Ia ikut larut dengan kesibukan Lena memilah-milah baju dari gantungannya. Sesekali ia mencandai Lena dan berhasil membuatnya meledakkan tawa kecil yang tidak dibuat-dibuat.

Saat menonton film Indra tidak macam-macam. Film yang mereka tonton pun sama sekali tidak menampilkan adegan romantis. Namun, itu terjadi saat mereka berada di mobil.

Saat hendak menyalakan mesinnya, hendak pulang, Indra bertanya apakah Lena menikmati acara hari Minggu mereka kali itu. Lena menjawab dengan anggukan dan seulas senyum yang samar. Indra menatap matanya dan dalam heningnya suasana di area parkir yang luas itu, perlahan Indra mendekatkan tubuhnya. Wajahnya telah dekat dengan wajah Lena. Tatapannya sungguh dalam. Dan, dengan caranya yang maskulin ia menempelkan bibirnya ke bibir Lena.

Untuk beberapa detik Lena diam, menikmati aliran yang menggetarkan di beberapa bagian permukaan kulit tubuhnya. Sampai pada akhirnya ia sedikit menghisap bibir Indra, dan Indra membalasnya dengan lebih dalam menciumnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun