Mohon tunggu...
Igniz Patristiane
Igniz Patristiane Mohon Tunggu... -

kerja, kuliah, me-time. perpaduan dari legitnya seduhan panas vanilla latte dengan topping whipped cream pada pagi hari yang dingin. dengan menulis di waktu senggang serasa menikmati roti bakar selai nanas dengan taburan keju bagiku :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lena

24 April 2017   14:18 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lewat ekor matanya, Lena mencoba lebih mengamati pria itu. Sesosok laki-laki berkulit putih bersih, mengenakan kemeja berwarna dominan putih bergaris-garis warna abu-abu samar. Wajah laki-laki itu tampak tampan dan dewasa. Pada kesempatan Lena menolehkan wajahnya, seketika matanya beradu pandang dengan milik laki-laki itu.

“Maaf, saya belum tertarik,” Lena kembali menatap pramuniaga di depannya. Saat berucap, Lena sedikit tertegun mendengarkan suaranya sendiri yang agak gemetar. Dengan agak cepat, seakan menutupi panik, iapun kembali berjalan menjauh dari counter parfum itu, juga lelaki yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Lena kembali berjalan melihat-lihat counter-counter lain yang sepi tanpa adanya pramuniaga. Dan, di counter kosmetik bernama Kiehls yang sepi ia berhenti.

Dapat Lena lihat beberapa krim dalam kemasan-kemasan yang anggun dan menawan. Counter tersebut juga dilengkapi kaca rias besar yang pinggirannya terpasang bola-bola lampu dengan pendar cahaya putih semburat kuning. Lena seketika mengamati wajahnya sendiri, mencari-cari kekurangan, mungkin pada perona pipi yang memudar atau eyeliner yang tinggal segaris. Ia cemas apabila hal itu tertangkap oleh tatapan pria tadi.

Ia merupakan seorang wanita yang cantik dan masih terlihat sangat remaja di usianya yang hampir kepala tiga. Matanya bulat indah dengan manik mata biru terang, yang menurun dari keluarga ayahnya. Kulit kuningnya selangsat sari daun gading dan rambutnya ikal berombak dengan warna hitam natural. Semua orang akan dengan pasti menyebutnya perempuan cantik, kalau tidak jelita. Selain itu, caranya berpenampilan selalu elegan.

Lena menyadari setiap kali orang terpaku menatapnya. Ia mempesona. Namun, ia juga sangat berhati-hati karena ia tidak mempercayai semua orang itu. Karena itulah, ia terlatih menjaga jarak kepada para pria. Itu semata-mata untuk keamanan dirinya sendiri sebagai seorang wanita yang rapuh.

Kini, entah mengapa ia merasakan perhatiannya tidak bisa lepas dari pria yang baru saja menjadi perhatiannya. Rasa-rasanya ada ikatan kedekatan yang tidak mampu ia jelaskan dengan laki-laki yang baru kali pertama ini ia lihat. Saat ia menoleh lagi ke belakang, pria itu sudah tidak tampak.


Perlahan Lena menyadarkan dirinya sendiri. Kakinya sedang menginjak bumi. Ia harus segera pulang dan mulai mencuci baju-baju kotornya yang sudah hampir dua ember.

“Maaf, Anda menjatuhkan ini,” saat akan melangkahkan kaki, sebuah suara menahannya dari belakang. Nadanya terdengar seringan kapas untuk ukuran seorang laki-laki dewasa. Namun, cengkeraman tangannya di bahu Lena menunjukkan ia adalah sosok laki-laki maskulin.

“Oh,” Lena setengah menggeleng, dan ketika ia menatap wajah pria di hadapannya itu, ia seperti terpaku. “Ohh,” ia mengangguk-angguk, mengiyakan bahwa sebuah kunci dengan gantungan hiasan perak berbentuk kanguru di tangan pria itu adalah miliknya.

“Anda menjatuhkannya di sana,” tangan pria itu menunjuk ke seberang, di sekitar area konter parfum. “Kupikir penting, Anda akan kesulitan bila kehilangan ini.”

Lena melempar untaian senyum sembari menerima uluran kunci rumah kontrakannya dari tangan kanan pria itu. Dirasakannya kedua ujung bibirnya sangat tegang dan bergetar ketika ia menariknya. “Terima kasih,” ucapnya lirih, menutupi kekagetannya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun