Pada saat daerah sasaran benar-benar kami rebut, suara Pak Sahala terdengar memanggil-manggil dari radio. Sandi radio Pak Sahala adalah "gajah".Â
"Kancil, di sini gajah. Bagaimana situasi?" kata Pak Sahala.Â
"Gajah, di sini kancil. Kami baru saja VC dengan musuh," kataku melaporkan. VC adalah singkatan dari vuur contact yang merupakan bahasa Belanda dan masih digunakan oleh TNI.Â
Lantas saja Pak Sahala menyuruhku untuk melengkapi laporan. Aku pun mengatakan bahwa sekian lama kami terlibat VC dengan pos depan serdadu musuh dan mereka berhasil dipukul mundur. Namun, kami tidak menemukan mayat. Kami hanya menemukan sebuah teropong pandang.
"Jelaskan ciri-ciri teropong itu!"Â
"Teropong US Navy."
"Bagaimana kau yakin?"
"Ada tulisannya."
"Kalau begitu saya akan segera turun!"
Tak seberapa lama menunggu, terdengar suara helikopter meraung-raung. Sebuah helikopter Messerschmitt-Bolkow-Blohm Bo 105 yang lazim dipakai sebagai helikopter kodal.Â
Aku sedikit heran karena helikopter itu hanya bisa membawa tiga penumpang. Berarti kalau terjadi apa-apa, Pak Sahala hanya memiliki dua pengawal. Sungguh berbahaya kalau saja tiba-tiba terjatuh di tengah daerah musuh pikirku.Â