"Silahkan masuk pak, kita bicara di dalam."
Di dalam TPA Ustadz Mu'in membenarkan bahwa pada saat itu memang TPA sedang libur karena beliau ziarah ke wali songo. Kata beliau informasi itu sudah disampaikan pada para santrinya sehari sebelumnya, tapi mungkin karena sehari sebelumnya Reno tidak masuk, maka dia tidak tahu. Ustadz Mu'in juga bercerita bahwa Reno pernah terlihat beberapa kali lebam pipinya, tapi dia diam saja ketika ditanya siapa yang melakukan kekerasan padanya.
Setelah puas atas keterangan Ustadz Mu'in, Iptu Mulyono berpamitan untuk melanjutkan investigasinya ke tempat lain.
***
Selanjutnya, Iptu Mulyono melanjutkan investigasinya ke Sanggar Ilalang, disana ada beberapa ibu-ibu yang sibuk menganyam enceng gondok menjadi bermacam kerajinan bernilai jual, terlihat juga pendopo yang sepertinya baru dipugar. Dia bertanya pada salah satu dari mereka dimana kantor pengurus, lalu salah seorang dari mereka menunjuk ke sebuah ruangan. Iptu Mulyono menuju ruangan itu. Sebelum mengetuk pintu, Iptu Mulyono mendengar suara orang bercakap-cakap.
"LSM lain gak boleh masuk ke sini, pokoknya ini ladang kita, kamu harus lakukan cara apapun untuk buat mereka angkat kaki dari sini."
"Siap Bos!!" Karena tak ambil pusing dengan konflik LSM yang diluar tujuannya , Iptu Mulyono mulai mengetuk pintu.
"Silahkan masuk. " Kata orang di dalam ruangan, tak lama setelah itu pintu terbuka lalu tampak seorang pria hitam kekar bergigi asimetris berlapis behel perak keluar dan berpapasan dengan Iptu Mulyono. Pria itu dengan angkuh memandang Iptu Mulyono karena belum tahu profesi yang disandang pria tinggi kurus itu.
Setelah itu Iptu Mulyono masuk dan berbincang dengan ketua "LSM Kawan Kita" yang bernama Kardono, orang itu memasang wajah datar bagai pemain poker professional saat mendengar berita kematian Reno.
"Kasihan Reno, sebenarnya dia anak yang baik meski kadang agak nakal, semoga Arwahnya diterima yang Maha kuasa, ada hal yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin menanyakan kapan terakhir kali Reno terlihat beraktiitas di sini?"