Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dimorfik

20 Desember 2018   18:46 Diperbarui: 20 Desember 2018   21:57 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Haruskah kita bicarakan ini?"

Aku mengendikkan bahu.

"Oke, kamu berhak tahu." Ayah menarik napas berat. "Ibumu yang lebih dulu berselingkuh dari Ayah."

"Tidak usah melimpahkan kesalahan pada orang lain. Itu tindakan pengecut!" Geram, aku meremas gelas plastik berisi kopi Toraja.

"Dengar dulu, San. Kamu tahu, dulu Ayah bekerja di tambang dan hanya pulang dua bulan sekali. Ayah maklumi, ibumu merasa kesepian dan menghadirkan laki-laki muda itu di rumah kita."

Aku diam, mencabik-cabik bistik yang kupesan dengan pisau dan garpu.

"Ayah merasa hancur. Tidak sanggup Ayah marah pada ibumu. Ayah hanya ingin membalas, namun tak sampai hati menduakan ibumu dengan perempuan lain." Suara Ayah tersendat. Wajahnya merah dan tampak gelisah. "Jadi ... Ayah menemui laki-laki bayaran itu, dan ... kami ..."

Aku menatap bistik di hadapanku. Jantungku bergejolak, GERD yang lama tak bersarang sepertinya kumat lagi. Mual, bukan. Entahlah.

Bagaimana mendeskripsikan perasaan ketika kamu tahu bahwa pacar ibumu juga menjadi pacar ayahmu?

Ah! Cerita bodoh.

"Lalu, sekarang?" Aku bertanya penasaran, tapi khawatir mendengar jawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun