Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang MASA DEPAN. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah Peringkat # 1 ========================================== Puji TUHAN atas IDE yang Engkau alirkan DERAS ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Tuduhan Indah

9 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 9 Maret 2024   10:06 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Tuduhan Indah

"Pekajangan ramai, Mas Bambang," Indah membuka pembicaraan.

"Ramai ada apa, In?"

"Ramai pada ngrasani hubungan kita, Mas."

"Loh, kok Indah tahu?"

"Iya, Mas. Bu Lik yang ngasih tahu Indah via telpon. Kata Bu Lik, keluarganya Mas Toni datang dan minta bantuan sama Bu Lik."

"Minta bantuan apa, In?"

"Minta bantuan agar Indah mau kembali serumah dengan Mas Toni, Mas."

"Lalu, bagaimana tanggapan dari Bu Lik, In?"

"Bu Lik nggak bisa mbantu. Alasan Bu Lik nggak ingin mencampuri urusannya Indah karena Indah sudah dewasa, sudah tahu mana yang terbaik bagi Indah."

"Terus?"

"Apanya yang terus, Mas Bambang?...hehehe," Indah tertawa manis sekali, sambil tangannya yang lembut disentuhkan ke tangan saya dengan diiringi kalimat lirih setengah berbisik, "Indah cinta banget sama Mas Bambang".

"Yang terus adalah ceritanya tadi, In. Bagaimana reaksi keluarganya Mas Toni setelah Bu Lik bilang tidak bisa mbantu?" Saya bertanya ke Indah sambil membalas bisikan lirihnya, "Saya juga cinta banget sama Indah".

"Keluarganya Mas Toni marah-marah sama Bu Lik, Mas. Mereka menuduh Bu Lik pura-pura tidak tahu bahwa ada laki-laki lain yang menyebabkan Indah nggak mau kembali ke Mas Toni."

"Laki-laki lain yang dituduh sebagai penyebab Indah tak mau kembali ke Mas Toni itu kayaknya saya ya, In?"

"Iya betul, Mas.  Bahkan mereka sudah tahu persis loh mas...kalau Mas Bambang sudah tiga kali ke Pekajangan. Semua keluarganya Mas Toni juga sudah tahu kejadian Indah pingsan di makam."

"Kalau mereka sudah tahu kejadian Indah pingsan di makam, kenapa mereka tidak ikut membantu menolong Indah ya, In?"

"Iya, Mas. Kayaknya mereka tidak langsung melihat kejadiannya, tapi dikasih tahu oleh warga yang kebetulan melihat kejadiannya. Di sana  kabar dari mulut ke mulut sangat cepat tersebar loh Mas."

"Sama In, di kampung saya juga begitu. Antar warga saling bantu membantu mencari dan memberikan informasi secara detil tentang orang yang lagi dimata-matai."

"Tapi, dengan kejadian tersebut, Indah justru malah senang sekali, loh Mas. Nah, kira-kira Mas Bambang tahu nggak, kenapa Indah justru malah senang sekali?"

"Saya nggak tahu, In.....kasih tahu ya In?....please"

"Untuk Mas Bambang, pasti Indah kasih tahu,"  selesai mengatakan hal tersebut, Indah mengulangi lagi bisikan lirihnya," Indah cinta banget sama Mas Bambang." Dan langsung saya jawab, " saya juga cinta banget sama Indah."

Mendengar jawaban saya yang juga lirih, Indah tersenyum sangat indah. Tangan saya yang telah Indah lepaskan lantas diraihnya kembali lalu diciuminya berkali-kali kemudian kedua tangan saya tersebut dipeluk dengan erat dalam dekapan Indah.

Sambil memeluk tangan saya, Indah melanjutkan jawabannya yang tadi akan diberitahukan ke saya.

"Iya Mas, Indah justru akan sangat senang sekali jika mereka sampai tahu bahwa cintanya Indah  hanya  ke Mas Bambang saja, bukan ke Mas Toni."

"Tapi kalau seumpama Mas Toni tetap bersikukuh mengharapkan Indah kembali ke Mas Toni walaupun Mas Toni sudah tahu bahwa cintanya Indah bukan untuk Mas Toni, bagaimana, In?"

"Ya, Indah juga akan bersikukuh tak mau kembali ke dia, Mas. Baik dengan adanya Mas Bambang, maupun tanpa adanya Mas Bambang, karena Indah sudah trauma, Mas. Indah juga sudah titip pesan ke Bu Lik untuk menyampaikan hal tersebut, Mas"

"Iya, In, semoga Bu Lik sudah menyampaikan titipan pesan Indah tersebut."

"Belum, Mas. Kata Bu Lik masih menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan Indah tersebut, Mas."

"Bahkan Indah juga sudah menitipkan  pesan tambahan ke Bu Lik bahwa kalau Mas Toni tetap bersikukuh tak menyetujui gugatan cerai Indah, maka Indah  akan nekat untuk nikah siri dengan Mas Bambang."

"Alhamdulillah bukan nekat untuk bunuh diri, tapi nekat untuk nikah siri. Lantas bagaimana tanggapan dari Bu Lik, In?"

"Bu Lik hanya bilang terserah Indah."

"Wah kalau begitu, hampir bisa dipastikan nanti keluarganya Mas Toni akan menuduh saya lagi, In. Dengan tuduhan bahwa saya sebagai penyebab kenekatan Indah untuk nikah siri atau nikah dengan cara sembunyi-sembunyi."

"Iya mas,  kelihatannya memang yang dijadikan sasaran tuduhan adalah Mas Bambang, bukan Indah."

" Itu bukti bahwa Mas Toni masih sangat mengharapkan cintanya Indah."

"Kok bisa begitu, Mas?"

"Iya In, Kalau Mas Toni sudah tak mengharapkan cintanya Indah, kemungkinan besar atau hampir bisa dipastikan, Mas Toni  akan mengganti sasaran tuduhannya ke Indah bukan ke saya, misalnya dengan tuduhan bahwa Indah ternyata wanita nakal,  karena sudah berani pacaran padahal belum resmi cerai."

"Indah tak peduli dengan tuduhan apapun, Mas...malah tuduhan itu akan Indah anggap sebagai tuduhan indah atau tuduhan yang indah, yang akan memberikan jalan keluar yang paling indah,  jika misalnya dengan tuduhan tersebut akhirnya Mas Toni mau menyetujui gugatan cerai Indah ...karena yang terpenting bagi Indah jika bisa hidup bersama Mas Bambang sampai mati."

"Iya, In...masih ingat pesan saya kan In?...yaitu berdoa tanpa henti memohon agar diberikan jalan keluar terbaik, yaitu jalan keluar yang tidak melanggar agama."

"Iya, Mas Bambang, Indah masih ingat pesan Mas Bambang tersebut,"

Meskipun pembicaraan telah berakhir, Indah masih belum mau melepaskan kedua tangan saya dari dekapan pelukannya, dari dekapan di dadanya.

(tuduhan indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Tuduhan Indah. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun