Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dimorfik

20 Desember 2018   18:46 Diperbarui: 20 Desember 2018   21:57 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu aku, hanya mencari teman untuk saling mendengar. Randi juga. Waktu yang bicara dan memutuskan. Dan, sialnya, yang terjadi, kami selalu betah berbincang hingga larut malam, berselimut dalam suaka berisi kesamaan selera musik, film, hingga makanan.

Tidak lebih, awalnya.

Namun, lambat laun, aku merasa Randi berbeda. Dia menawarkan kepingan yang aku cari-cari. Meski dia mengaku cukup tua, aku tidak peduli. Darinya, kutemukan kebijaksanaan, ketenangan, kenyamanan.

Belum lagi, keanehan.

Kepada Randi, aku takut kehilangan. Tidak ingin ada perpisahan atau ucapan selamat tinggal. Meski secara alamiah kami saling memanggil "Sayang" dan mulai bicara tentang perasaan, aku tetap buncah.

Masalahnya, pertautan gila tanpa tahu nama, rupa, bahkan usia, akan segera menemui akhir cerita.

Kami memutuskan untuk bertemu hari ini, di kafe ini, di jam ini. 

Kencan buta pertama. Berakhir bahagia atau nestapa, kita lihat saja.

Randi: Saya sudah sampai, nih. Pakai baju apa, Sayang?

Baru saja aku hendak membalas pesan Randi, telepon genggamku mati. Aku jadi sadar sering melemparkan benda ini berkali-kali. Tapi, kenapa harus sekarang? Huft.

"San?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun