"Aku pamit," lanjut Dhika bersuara lirih.
 Tak lagi bersuara. Bayangan Dhika lenyap bersama bunyi langkah kaki yang perlahan menjauh dari pintu depan. Sunyi sejenak menguasai atmosfir jiwanya. Tangis Amira pun pecah tercerai-berai.
"Tiga tahun kamu mewarnai hari-hariku, menunjukkan suka cita meraih asa masa depan. Tapi, apa daya akhirnya perpisahan ini terjadi juga. Semua yang tersisa hanyalah air mata. Air  mata kepedihan," senandika Amira dalam pengap.
Sayup-sayup terdengar sebait lirik lagu Reza Artamevia Biar Jadi Kenangan dari balik dinding kamar ...
Walau kita takkan pernah satu
Biarlah aku menyimpan bayangmu
Dan biarkanlah semua menjadi kenangan .
Yang terlukis dalam hatiku
Meskipun perih namun selalu ada di sini
Amira menyaksikan rona jingga perlahan menjauh dari tirai jendela. Ia  tahu, senja pasti setia menyimpan luka. Mungkinkah cinta akan menghilang selamanya. Inilah takdir yang digariskan, rezeki, jodoh, maut Allah tentukan yang terbaik. Dalam tangis terselip doa pada pemilik hati agar ditegarkan hatinya dan tidak terlalu mencintai ciptaan-Nya lebih daripada pemilik hati yang sesungguhnya.
***
Sore itu Amira masih bersama Lisa. Sahabatnya itu merasa bahwa Amira memerlukan dukungan moral sehingga tetap mendampinginya. Tak tega melihat kondisi rapuh yang mengenaskan itu.
Amira masih duduk terpaku di bawah pohon, matanya kosong menatap langit yang mulai beranjak senja. Di sela-sela tangisnya, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya. Kotak itu berisi surat-surat lama, foto-foto kenangan, dan sebuah gelang kayu yang pernah diberikan Dhika saat ulang tahunnya yang ke-22.
"Lis, aku pernah berpikir Dhika adalah takdirku," ucap Amira pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.
Lisa menatap sahabatnya dengan iba. Ia tahu, luka yang Amira rasakan bukan sekadar patah hati biasa. Ini adalah kehilangan harapan, masa depan yang pernah dirancang bersama.
"Dulu, kami sering membayangkan rumah kecil di pinggir sawah, dengan suara gamelan mengiringi pagi. Dhika ingin punya bengkel kayu sendiri, dan aku ingin membuka perpustakaan kecil untuk anak-anak desa. Semua itu ... sekarang hanya tinggal angan."