Enam hari sebelumnya ....
"Mira, maafkan aku ... bencilah aku," tersendat suara parau Dhika berusaha menjelaskan.
"Kenapa kamu baru mengatakan sekarang Dhikaaa?" dengan kasar Amira menarik tangan dari genggaman lelaki itu.
Hatinya terkoyak. Terasa sangat sakit. Dunia  ini terasa runtuh, angan-angan yang telah ia rangkai di depan mata  menjadi terpecah belah. Tak kuasa air matanya jatuh berderai tanpa bisa ditahan.
"Siapakah wanita itu?" tanya Mira menahan kemarahan.
"Selama tiga tahun ini aku menyembunyikan darimu," Dhika mulai bercerita.
"Berat Mira ... sungguh berat bagiku ... aku tidak mencintainya," tuturnya menunduk.
 "Lalu kenapa kamu mau menikah dengannya?" protesnya.
"Perjodohan ... balas budi ... sejak ayahku ...." belum sempat Dhika menyelesaikan ucapannya, Amira langsung menyela.
"Hari gini masih ada perjodohan?" dipotongnya cepat sebelum lelaki itu menyelesaikan  penjelasannya.
"Dengarkan aku dulu Mira ...," Dhika berusaha memeluk.