Mohon tunggu...
Naily Syafithri
Naily Syafithri Mohon Tunggu... Mahasiswa Sarjana Akuntansi

-Mahasiswa Sarjana Akuntansi -NIM 43223010046 -Fakultas Ekonomi dan Bisnis -Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB -Dosen : Apollo,Prof. Dr,,M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

12 Oktober 2025   21:43 Diperbarui: 12 Oktober 2025   21:43 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan bila mata kuliah "Akuntansi Keuangan" dilengkapi dengan refleksi hermeneutik:

  • Mengapa laba menjadi ukuran keberhasilan?

  • Apa makna tanggung jawab sosial bagi entitas bisnis?

  • Bagaimana seorang akuntan mengalami dilema moral ketika diminta "menyesuaikan angka"?

Dengan demikian, pendidikan akuntansi tidak hanya menghasilkan teknokrat, tetapi manusia reflektif yang memahami angka sebagai bahasa nilai dan moralitas.

14. Hermeneutika sebagai Jalan Spiritual Akuntansi

Jika kita membaca Dilthey lebih dalam, hermeneutika bukan hanya metode ilmiah, tetapi cara eksistensial untuk menghayati kehidupan. Pemahaman (Verstehen) berarti membuka diri terhadap kehidupan orang lain, merasakan empati, dan menemukan nilai universal dalam pengalaman manusia.

Dalam konteks akuntansi, ini bisa dipahami sebagai spiritualitas profesi.
Menjadi akuntan berarti memikul amanah untuk menjaga kejujuran, menegakkan keseimbangan, dan menafsir kehidupan ekonomi agar tetap manusiawi. Ketika seorang akuntan menyusun laporan keuangan dengan niat tulus untuk kebenaran, ia sesungguhnya sedang berdoa dalam bentuk kerja.
Ketika auditor menolak manipulasi data meski berisiko kehilangan klien, ia sedang menegakkan nilai moral yang tak ternilai.

Hermeneutika memberi makna baru pada profesi ini:
Akuntansi bukan hanya pekerjaan teknis, melainkan panggilan kemanusiaan.

15. Akuntansi, Budaya, dan Pluralitas Makna

Salah satu kontribusi besar Dilthey adalah pandangannya bahwa setiap ekspresi kehidupan manusia selalu bersifat historis dan kontekstual. Artinya, makna tidak pernah tunggal. Ia selalu lahir dari interaksi budaya dan sejarah. Karena itu, akuntansi di berbagai masyarakat mencerminkan jiwa kebudayaannya sendiri.
Di Jepang, misalnya, praktik akuntansi sering diwarnai oleh nilai harmoni dan tanggung jawab kolektif (kyosei).
Di Indonesia, sistem akuntansi koperasi dan syariah memuat nilai gotong royong dan keseimbangan antara dunia material dan spiritual.
Sementara di Barat, tradisi akuntansi sering menonjolkan individualitas dan efisiensi. Semua sistem ini valid dalam konteksnya masing-masing. Hermeneutika membantu kita memahami perbedaan ini bukan sebagai kelemahan, tetapi sebagai kekayaan makna.
Tidak ada satu "kebenaran tunggal" tentang akuntansi, karena realitasnya selalu ditenun dari pengalaman dan nilai-nilai manusia yang beragam. Dengan demikian, teori akuntansi hermeneutik bersifat plural dan dialogis: ia membuka ruang bagi dialog antarbudaya dan penafsiran lintas tradisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun