Mohon tunggu...
Nabila Ramadani Susanto
Nabila Ramadani Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Mahasiswa psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang. Pengalaman berharga saya dimulai ketika bekerja di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palopo, di mana saya mendapatkan wawasan yang mendalam tentang pendidikan inklusif. Saat ini, saya aktif sebagai asisten di Poli Jiwa Psikolog RSUD Sawerigading. Selain itu, saya juga memiliki keinginan dalam berbagi pengetahuan. Saya sering menghasilkan konten edukatif melalui tulisan dan video, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai psikologi dan topik terkait. Saya percaya bahwa pembelajaran adalah investasi terbaik, dan saya berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam bidang ini. Terima kasih sudah membaca tulisan saya dan sehat selalu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Meningkatkan Kepedulian terhadap Mental Health dengan Tidak Melakukan Self Diagnose

20 September 2022   15:42 Diperbarui: 10 Januari 2023   16:51 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

A. Emotion

Dengan mempunyai kemampuan meregulasi emosi yang baik, maka akan berdampak banyak ke Individu tersebut, baik secara fisik, maupun mental. Emosi dapat dilatih dengan terbiasa menghadapi masalah dengan respon yang sewajarnya, walau terbilang rumit, tetapi jika masyarakat sudah terbiasa, maka masyarakat tersebut tidak mudah mengalami stress dan masih banyak dampak positif lainnya. Karena di bagian otak manusia terdapat Amygdala, yang mengatur emosi dan harus dilatih agar baik dalam mengontrol emosi.

Emosi manusia terbagi menjadi dua jenis, ada emosi negatif dan positif, menurut buku Psikologi belajar (’Wahab, 2015), emosi negatif adalah sebuah perasaan yang dapat masyarakat rasakan saat mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan, contohnya sedih, kecewa, takut, gelisah, bersalah, dan masih banyak lagi. Sedangkan emosi positif masyarakat rasakan saat mendapatkan peristiwa yang menyenangkan, contohnya bahagia, cinta, harapan, romansa, dan masih banyak lagi. Kedua perasaan ini akan selalu menemani manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut (’Ely, 2017) Manusia  bukanlah  manusia bila tanpa emosi, karena emosi merupakan unsur yang tak terpisahkan di kehidupan.

Menurut (’Nadhiroh, 2015) Emosi umumnya timbul kala masyarakat memperoleh pergantian suasana yang ekstrem ataupun sess, Terjadi pada diri masyarakat atau sekitar masyarakat baik itu positif maupun negatif.emosi juga bisa timbul kala terjalin suatu pergantian pada tiap peristiwa yang jadi atensi di diri masyarakat.

Emosi bukan hanya berhubungan pada kondisi mental masyarakat, tetapi juga berpengaruh pada kondisi fisiologis seseorang. Menurut (’Hidayat & ’Gamayanti, 2020) Orang yang mengalami psikosomatik seringkali mengeluhkan gangguan fisik yang berulang, misalnya sakit maag, sakit kepala, migraine, darah tinggi atau gatalgatal karena keluhan berulang ini disebabkan oleh stres emosional. Oleh sebab itu penting untuk memperhatikan aspek emosional dalam menyembuhkan masyarakat yang menghadapi kendala psikosomatik.

masyarakat perlu untuk mengenal dan memahami emosi yang ada di dalam diri masyarakat, agar masyarakat bisa mengetahui tindakan apa yang akan masyarakat lakukan dalam menghadapi setiap situasi dan bagaimana reaksi masyarakat terhadapnya. Hal itu akan berdampak ke banyak hal, berawal dari bagaimana masyarakat menilai, memperlakukan, dan merespon sebuah masalah. Daripada masyarakat melakukan tindakan Self-Diagnose, lebih baik masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang dapat menjaga kestabilan kondisi mental.

B. Premeditatio Malorum

Dari buku Filosofi Teras Premeditatio Malorum merupakan salah satu ajaran stoic yang menarik untuk dipraktikkan (’Manampiring, 2018), setiap hari masyarakat akan menjumpai begitu banyak kejadian yang tidak menyenangkan dan sudah menjadi hal yang akan terus berulang di kehidupan masyarakat. Premeditatio Malorum mengajak masyarakat untuk membayangkan peristiwa-peristiwa buruk, seperti membayangkan sebuah musibah yang akan terjadi kepada masyarakat

Premeditatio Malorum ini pastinya berbeda dengan kekhawatiran tidak beralasan, fungsi Premeditatio Malorum saat masyarakat benar-benar telah menghadapi kejadian buruk tersebut, masyarakat sudah siap dan tidak kaget lagi dalam menyikapinya. Premeditatio Malorum senantiasa mengingatkan, bahwa masa depan tidak ada yang pasti. Entah musibah apalagi yang berskala nasional atau global yang akan menimpa masyarakat.

Jika masyarakat terbiasa melakukan ini, sama halnya masyarakat mempersiapkan mental masyarakat dengan sangat siap di keadaan apapun dan membuat mental masyarakat tidak mudah terombang-ambing oleh keadaan. Layaknya sebuah pedang yang diasah terus menerus dan menghasilkkan hasil yang memuaskan sehingga mampu dipakai di semua medan tempur.

Sebelum memulai hari, cobalah untuk melakukan Premeditatio Malorum, masyarakat dapat membayangkan bahwa saat di jalan menuju ke kampus, masyarakat akan bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan, seperti melihat orang yang tidak taat dengan lalu lintas, orang emosian, dan segala kemungkinan-kemungkinan yang masyarakat duga. Lalu, rasakan perbedaannya saat masyarakat sudah menduga dibandingkan tidak menduganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun