Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Stres, Jembatan Menuju Kesuksesan

18 November 2022   17:05 Diperbarui: 19 November 2022   10:15 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini dikenal sebagai "Hukum Yerkes-Dodson".

Ilustrasi
Ilustrasi "Hukum Yerkes-Dodson". Sumber: healthline.com

Tingkat stres yang kelewat tinggi dapat membuat kita kewalahan. Akibatnya, kita akan merespons situasi secara negatif: melawan (fight), menghindar (flight) atau tidak melakukan apa-apa (freeze).

Contohnya adalah ketika kita akan memberikan suatu presentasi penting, promosi jabatan misalnya.

Terlalu cemas akan merusak konsentrasi dan dapat membuat kita lupa hal apa yang seharusnya disampaikan. Sebaliknya, jika lelah dan tidak termotivasi, kita juga tidak akan mampu menyampaikan presentasi dengan baik.

Kita membutuhkan kadar stres yang optimal.

Stres dan Otak


Ada bagian di otak kita yang disebut sebagai korteks prefrontal (PFC), yang sangat penting untuk berpikir tingkat tinggi (analytical thinking).

Untuk bekerja secara optimal, PFC membutuhkan keseimbangan neurokimia yang hampir sempurna---tidak terlalu banyak, tidak terlalu sedikit, tetapi tepat.

Ketika kita lelah, bosan, atau tidak termotivasi, sejumlah kecil neurotransmiter dopamin dan norepinefrin dilepaskan.

Sebaliknya, stres yang ekstrim menghasilkan pelepasan dopamin dan norepinefrin tingkat tinggi.

Dalam kasus terlalu sedikit atau terlalu banyak zat kimia saraf ini, efeknya pada otak kita adalah sama: kita lebih terganggu, tidak teratur dan pelupa. Akibatnya, kinerja tidak optimal.

Jenis Pekerjaan & Tingkat Stres yang Dibutuhkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun